Jepang Buat Tren Baru, Pernikahan Persahabatan yang Disebut "Friendship Marriage"
Friendship Marriage, atau pernikahan persahabatan, menjadi tren baru di Jepang di mana pasangan memutuskan untuk tidak memiliki keterlibatan fisik atau romantis satu sama lain. Simak selengkapnya di sini!
BaperaNews - Generasi muda di Jepang kini mulai menerapkan tren baru dalam kehidupan pernikahan mereka yang dikenal sebagai Friendship Marriage atau pernikahan persahabatan. Jenis hubungan ini berbeda dari pernikahan tradisional karena pasangan yang menikah secara sah ini memutuskan untuk tidak memiliki keintiman fisik atau romantis satu sama lain.
Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (28/5), pernikahan persahabatan ini dianggap sebagai alternatif menarik oleh generasi muda di Jepang. Dalam hubungan ini, dua orang menikah dan bahkan mungkin memiliki anak bersama, namun mereka secara sadar memutuskan untuk tidak memiliki hubungan intim.
Pasangan tersebut biasanya memilih cara medis lain untuk memiliki anak.
"Pernikahan persahabatan itu seperti mencari teman sekamar yang memiliki minat yang sama," kata seseorang yang menjalani pernikahan persahabatan selama tiga tahun kepada SCMP.
"Aku tidak cocok menjadi pacar seseorang, tapi aku bisa menjadi teman yang baik. Saya hanya ingin seseorang dengan selera yang sama untuk melakukan hal-hal yang kami berdua sukai, untuk mengobrol dan tertawa," ujar yang lainnya.
Dalam "Friendship Marriage," kedua individu bebas menjalin hubungan romantis dengan orang lain di luar pernikahan, asalkan ada kesepakatan bersama. Hal ini memungkinkan pasangan untuk menikmati aspek-aspek positif dari kebersamaan tanpa tekanan untuk memenuhi kebutuhan romantis atau seksual satu sama lain.
Colorus, sebuah lembaga yang mengklaim sebagai yang pertama dan satu-satunya di Jepang yang khusus menangani pernikahan persahabatan, menyatakan sejak didirikan pada Maret 2015, sudah ada sekitar 500 anggota yang membentuk rumah tangga dengan konsep ini. Beberapa dari mereka bahkan telah membesarkan anak bersama.
Baca Juga: Ini Alasan Jepang Sengaja Tutupi Pemandangan Gunung Fuji dengan Kain
Data dari Colorus menunjukkan bahwa rata-rata orang yang terlibat dalam pernikahan persahabatan berusia 32,5 tahun dan memiliki pendapatan yang melebihi rata-rata nasional.
Selain itu, sekitar 85% dari mereka memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi. Tren ini juga sangat menarik bagi individu aseksual dan homoseksual yang mencari cara untuk memiliki keluarga tanpa tekanan dari norma pernikahan tradisional.
Fenomena ini mencerminkan perubahan besar dalam pandangan terhadap pernikahan dan hubungan di Jepang, di mana pernikahan tradisional dengan komitmen romantis dan seksual tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan.
Banyak orang muda Jepang yang melihat pernikahan persahabatan sebagai cara untuk menjaga kebebasan pribadi mereka sambil tetap mendapatkan keuntungan dari memiliki pasangan hidup.
Seorang anggota Colorus mengatakan bahwa pernikahan persahabatan memungkinkan mereka untuk menikmati kebersamaan tanpa harus memenuhi ekspektasi romantis atau seksual.
"Ini adalah cara bagi kami untuk menikmati kebersamaan dan mendukung satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus terlibat dalam hubungan romantis yang mungkin tidak kami inginkan," kata mereka.
Lembaga seperti Colorus melihat potensi besar dalam tren pernikahan di Jepang ini dan berusaha menyediakan platform bagi mereka yang tertarik dengan konsep pernikahan persahabatan.
Mereka menawarkan layanan untuk membantu orang menemukan pasangan yang cocok berdasarkan minat dan nilai-nilai yang sama, tanpa tekanan untuk memenuhi ekspektasi romantis atau seksual.
Baca Juga: Wow! Jepang Mulai Luncurkan 6G, Kecepatannya 100 GB/Detik