Fahd A Rafiq: Jangan Remehkan "Butterfly Effect", Karena itu Bisa Merubah Arah Dunia
Fahd A Rafiq menjelaskan tentang Butterfly Effect yakni suatu teori kekacauan yang biasa terjadi karena adanya perubahan kecil di suatu tempat dan berpengaruh hingga ke tempat lain. Ia menyamakannya seperti meminimalisir kesalahan terhadap keputusan-keputusan di kemudian hari
BaperaNews - Ada sebuah pernyataan yang menggelitik telinga pendengarnya yaitu kepak sayap kupu-kupu di Brasil mampu menimbulkan badai tornado di Texas?
Pertanyaan tersebut adalah sebuah metafora. Yang menjelaskan bahwa perubahan dan tindakan kecil dapat mengarah pada hasil yang tak disangka dan Metafora tersebut memberikan ilustrasi ideal tentang hal kecil yang bertentangan dengan hal besar tetapi menimbulkan dampak.
Istilah butterfly effect adalah gagasan umum yang sering ditemukan pada kisah-kisah fiksi ilmiah dewasa ini. Seperti kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan.
Efek kupu-kupu ini adalah sebuah teori kekacauan yang biasa terjadi karena adanya perubahan kecil yang terjadi di suatu tempat dan berpengaruh hingga ke tempat lain. Istilah awal butterfly effect ini digunakan oleh Edward Norton Lorenz yang merujuk pada pemikiran efek yang ditimbulkan oleh kepakan pada sayap kupu-kupu.
Fahd A Rafiq mengatakan, "Jangan remehkan gejala Butterfly Effect karena hal tersebut dapat merubah arah dunia".
Fahd A Rafiq menjelaskan, "peristiwa penting tersebut seperti seorang bocah asal Kuba yang menyebabkan perang Irak, surat Hi chi Minh yang diabaikan Woodrow Wilson memicu perang Vietnam, pukulan pria mabuk (Eric Joyce) menyebabkan Brexit di Inggris, Blunder seorang juru bicara meruntuhkan Tembok Berlin, Terapis bicara raja memiliki andil besar dalam terciptanya Fox News, Frans Ferdinand dibunuh karena sopirnya salah mengambil tikungan dan tindakan belas kasih seorang tentara Inggris menyebabkan Holocaust".
Fahd A Rafiq Menegaskan, "salah satu hal positif diatas yang paling menarik adalah Robohnya tembok Berlin atau disebut the fall of the wall karena ucapan salah kata Gunter Schwabowski, dia keselo lidah".
Mereka boleh melewati tembok Berlin itu kapanpun mereka mau, padahal boleh melewati tembok Berlin dengan Izin. pers bertanya kapan itu mulai berlaku SEGERA. Dunia bergoncang, Tembok Berlin rubuh karena keseleo lidah sang jubir.
Baca Juga : Sajak Selamat Ulang Tahun Untuk H. Fahd El Fouz A Rafiq
Selain Butterfly Effect Fahd A Rafiq Menambahkan, banyak hal-hal besar yang hanya bisa terwujud dengan komunikasi. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa kekacauan terjadi karena kegagalan atau kesalahan dalam berkomunikasi.
Fahd A Rafiq menjelaskan kembali dengan masalah bahasa atau komunikasi? Sempat dikabarkan bahwa sebelum menjatuhkan bom atom, AS pernah mengultimatum Jepang untuk menyerah setelah kekalahan demi kekalahan yang diderita di perang Asia Pasifik. Saat itu Jepang menjawab: ”Mokusatsu!”
Nah, kata tersebut diterjemahkan militer AS yang dipimpin Jenderal Douglas MacArthur sebagai ”Jangan memberi komentar sampai keputusan diambil” yang kemudian dicari padanannya sebagai ”no comment.”
Pihak militer AS menganggap jawaban itu adalah bentuk pembangkangan dan pengabaian. Padahal, arti kata ”mokusatsu” adalah ”Kami akan menaati ultimatum tuan tanpa komentar.” Dan kesalahpahaman ini membawa dampak luar biasa bagi dunia tentang tragedi bom nuklir yang sangat mengerikan itu.
Dari serangkaian peristiwa diatas dapat di ambil hikmah dan pelajarannya serta menjadi panduan kita kedepan. Karena Belajar dari sejarah adalah meminimalisir kesalahan terhadap keputusan keputusan dikemudian hari, tutup Kabid Ormas DPP Partai Golkar tersebut.
Baca Juga : Bapera Kotawaringin Timur Berbagi Dengan Anak Yatim Piatu Dan Kaum Dhuafa
Penulis: ASW