Dolar AS Hampir Tembus 16.000 Rupiah, Sri Mulyani Buka Suara
Dolar AS hampir sentuh Rp16.000, menandai perubahan signifikan. Begini kata BI!
BaperaNews - Dolar AS hari ini diperkirakan semakin menguat terhadap rupiah. Dolar ke rupiah hampir menyentuh angka Rp16.000, sebuah angka kritis yang menunjukkan penguatan mata uang Negeri Paman Sam terhadap mata uang domestik. Pada perdagangan kemarin, nilai tukar dolar AS mencapai Rp15.934, kurang dari 66 poin untuk mencapai level Rp16.000 per dolar AS.
Penguatan dolar AS terjadi di tengah sentimen risk off di pasar oleh imbal hasil obligasi AS yang kembali naik. Menurut Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong, rupiah dan mata uang Asia pada umumnya melemah terhadap dolar AS di tengah sentimen tersebut.
"Dolar AS diperkirakan masih akan kuat pekan ini, dengan investor mengantisipasi data ekonomi PDB AS kuartal III/2023 yang kuat serta pidato Ketua The Fed Jerome Powell," kata Lukman, dikutip Selasa, (24/10).
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan ekspektasi suku bunga tinggi AS bertahan lebih lama mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
“Tingkat imbal obligasi pemerintah AS menanjak dari pagi ini. US Treasury Yield tenor 10 tahun sudah naik mendekati kisaran 5% sore ini,” ujar Ariston kepada Bisnis.
"Potensi rupiah melemah menyentuh Rp16.000 besok mungkin saja terjadi. Sedangkan potensi support di sekitar Rp15.880," tambahnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Bakal Umumkan Integrasi QRIS, Dimana Saja?
Eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya antara Israel-Hamas, turut mempengaruhi penguatan dolar hari ini. Sebagai respon, pelaku pasar bergerak menuju aset yang dianggap lebih aman seperti dolar dan emas.
Namun, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan bahwa pelemahan rupiah hingga saat ini belum berdampak signifikan pada kinerja perbankan domestik.
"Sejauh yang kami pantau saat ini tidak ada dampak langsung. Jika dilihat dari segi penyaluran pembiayaan dan kecukupan modal masih terjaga," ucap Mahendra, pada Senin (23/10).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh kebijakan moneter suku bunga higher for longer dari Bank Sentral AS, The Federal Reserve.
"Mereka masih menghadapi inflasi yang cukup tertahan tinggi dan mereka memberi sinyal higher for longer yang menyebabkan capital flowing back ke AS," ujar Sri Mulyani.
Tren penguatan dolar AS ke rupiah bukan hanya terhadap rupiah saja. Pada perdagangan hari ini, dolar AS juga mencatatkan penguatan terhadap mata uang lainnya seperti dolar Australia, euro, yuan Cina, yen Jepang, dan dolar Singapura.
Masyarakat dan investor diimbau untuk tetap tenang dan memonitor perkembangan mata uang dengan saksama. Dengan situasi yang dinamis ini, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya terkait dolar AS hampir tembus 16.000 dan perkembangan mata uang lainnya.
Baca Juga: Usut Kasus Korupsi BTS, Don Adam Diperiksa Kejagung Soal Gepokan Dolar