China Kerahkan 111 Pesawat Tempur untuk Lintasi Perbatasan Taiwan
China menerbangkan 111 pesawat tempur melintasi perbatasan dengan Taiwan, pada Selasa (15/11). Simak selengkapnya disini!
BaperaNews - Pada Selasa (15/10), China menerbangkan 111 pesawat tempur melintasi perbatasan dengan Taiwan, menegaskan intensitas tekanan militer Beijing terhadap pemerintahan Taiwan yang demokratis.
Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengkonfirmasi bahwa pesawat-pesawat tersebut memasuki zona sensitif di barat, barat daya, dan timur pulau utama Taiwan.
Aktivitas ini berlangsung dari jam 5 pagi pada Senin (14/10) hingga jam 6 pagi pada Selasa (15/10), bersamaan dengan latihan militer skala besar yang diadakan oleh China di sekitar Taiwan.
Menurut pernyataan resmi, aktivitas pesawat tempur China terlihat jelas dan membuat militer Taiwan segera merespons. Mereka memantau pergerakan pesawat-pesawat tersebut dan menyiagakan pesawat, kapal angkatan laut, serta sistem rudal untuk merespons ancaman dari pihak China.
Latihan militer ini diadakan sebagai respons terhadap tindakan yang dianggap provokatif oleh pemerintah Taiwan.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menegaskan bahwa mereka akan terus memberikan tekanan militer terhadap Taiwan setiap kali merasa diprovokasi.
Pernyataan dari juru bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, menyatakan bahwa latihan militer tersebut bertujuan untuk mengingatkan pemerintah Presiden Taiwan, Lai Ching-te, agar menghentikan tindakan separatis.
Dalam pelatihan tersebut, PLA melibatkan berbagai angkatan bersenjata, termasuk angkatan darat, laut, dan udara, serta praktik blokade pelabuhan dan wilayah utama. Selain itu, Taiwan melaporkan adanya peningkatan serangan siber yang diduga berasal dari China.
Dalam menghadapi situasi ini, Perdana Menteri Taiwan, Cho Jung-tai, menegaskan bahwa jika China melanjutkan latihan, Taiwan akan terus bersiap.
Baca Juga : China Gelar Latihan Perang Skala Besar di Taiwan, Puluhan Pesawat-Kapal Dikerahkan
Dia menambahkan bahwa negara tersebut telah mengambil langkah-langkah defensif sebelumnya dan akan melakukannya lagi di masa depan. Pernyataan tersebut mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua pihak.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan keprihatinan yang mendalam terhadap manuver PLA. Presiden Joe Biden telah berulang kali menjanjikan perlindungan terhadap pusat semikonduktor yang terletak di jalur pelayaran utama dari ancaman yang mungkin datang dari China.
Ketegangan ini semakin diperburuk oleh pernyataan Beijing yang menekankan bahwa mereka tidak akan pernah berhenti berusaha untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya, bahkan jika itu berarti menggunakan kekerasan.
Latihan militer ini bukanlah yang pertama sejak Lai Ching-te dilantik pada Mei 2024. Lai dikenal sebagai tokoh yang sangat tidak disukai Beijing karena pandangannya yang mendukung kemerdekaan Taiwan.
Pidato Lai pekan lalu, yang menegaskan penolakan terhadap aneksasi atau pelanggaran kedaulatan Taiwan, memicu kemarahan China. Wu Qian pun menanggapi pidato tersebut dengan menyebut Lai dan orang-orang sejenisnya sebagai pengacau yang memicu permusuhan dan konfrontasi.
Beijing juga telah berupaya mengurangi pentingnya garis tengah di Selat Taiwan, yang ditetapkan oleh AS pada tahun 1954.
Dalam beberapa dekade terakhir, PLA secara teratur mengirimkan penerbangan melintasi jalur tersebut, memberikan beban tambahan kepada militer Taiwan yang lebih kecil.
Aktivitas ini menunjukkan betapa seriusnya Beijing dalam meningkatkan pengaruhnya di kawasan dan menekan pemerintah Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan terus memantau perkembangan situasi ini dengan cermat. Mereka menyadari bahwa ketegangan ini tidak hanya berdampak pada stabilitas kawasan, tetapi juga dapat memicu konflik yang lebih besar.
Kesiapan militer Taiwan untuk menghadapi ancaman dari China semakin penting di tengah meningkatnya agresi militer dari Beijing.
Baca Juga : Pria Bersenjata Ditangkap di Kampanye Donald Trump, Diduga Upaya Pembunuhan