BRIN Beberkan Penyebab Hujan Badai di Pulau Jawa, Khususnya Jabodetabek
Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Erma Yulihastin membeberkan penyebab hujan badai di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jabodetabek.
BaperaNews - Belakangan ini, hujan terus mengguyur sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa hingga wilayah Jabodetabek hujan turun dengan deras beserta angin kencang yang menjadi penyebab banjir di sejumlah titik hingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Erma Yulihastin membeberkan alasan hujan badai di Pulau Jawa, khususnya wilayah Jabodetabek pada Maret 2023.
Penyebab hujan badai di Pulau Jawa ini Dr. Erma Yulihastin jelaskan di media sosial melalui akun pribadinya, Twitter. Menurutnya, cuaca ekstrem berupa hujan badai di Pulau Jawa sejak awal Maret 2023 ini disebabkan oleh konvergensi.
Konvergensi adalah terjadinya pertemuan dua massa udara atau lebih yang menuju wilayah yang memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Angin yang membawa uap air ke wilayah tertentu menjadi sumber uap air dalam proses penguapan hingga terbentuklah awan penghasil hujan.
Update Vorteks Borneo: vorteks sudah mulai meluruh, namun sisa peluruhan berupa angin kencang dari utara kini semuanya mengarah ke Pulau Jawa. Di sisi lain, Jawa menjadi pusat konvergensi, sehingga angin dari Samudra Hindia pun menuju Jawa, menimbulkan hujan tiada henti. pic.twitter.com/Z3Vhyw2bX4 — Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin) March 1, 2023
Baca Juga : BRIN Berberkan Potensi Banjir Besar Di Jabodetabek
Penyebab Hujan Badai di Pulau Jawa Hingga Jabodetabek
Selain konvergensi, ada lagi faktor yang menjadi penyebab munculnya potensi hujan deras dan angin kencang di Pulau Jawa hingga Jabodetabek, yaitu Vorteks Borneo.
Vorteks Borneo adalah fenomena atmosfer yang terjadi di atas perairan Indonesia, memiliki skala sinoptik, dan dapat mempengaruhi aktivitas konveksi di sekitar Laut Cina Selatan dekat ekuator pada saat Monsun Asia berlangsung.
Dr. Erma Yulihastin menjelaskan juga bahwa vorteks sudah mulai meluruh, namun sisa peluruhan berupa angin kencang dari utara kini semuanya mengarah ke Pulau Jawa.
"Vorteks sudah mulai meluruh, namun sisa peluruhan berupa angin kencang dari utara kini semuanya mengarah ke Pulau Jawa. Di sisi lain, Jawa menjadi pusat konvergensi, sehingga angin dari Samudra Hindia pun menuju Jawa, menimbulkan hujan tiada henti" Tulis Erma, Kamis (2/3).
Kondisi cuaca ekstrem ini sudah dikhawatirkan oleh Erma Yulihastin sejak Desember tahun lalu, hujan deras dan angin kencang yang dipicu oleh badai vorteks.
Sebagai salah satu perwakilan BRIN, Dr. Erma Yulihastin menghimbau agar masyarakat lebih hati-hati dan sadar akan kondisi cuaca ekstrem di Jabodetabek dan beberapa wilayah di Pulau Jawa belakangan ini.
Baca Juga : Antisipasi Kemarau, BMKG Minta Warga Tampung Air Hujan