BRIN Beberkan Alasan Jakarta dan Pantura Tenggelam Lebih Cepat
Badan Riset dan Inovasi Nasional menjelaskan mengapa Jakarta dan Pantura akan tenggelam lebih cepat, ini dia alasannya
BaperaNews - Robert Delinom selaku Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi menyampaikan bahwa terdapat beberapa kota di Pantai Utara (Pantura) yang akan mengalami amblesan secara terus menerus yaitu di wilayah Jakarta, Semarang, Indramayu, serta Surabaya.
Robert menyampaikan bahwa salah satu faktornya yaitu akibat dari pemanasan global yang membuat permukaan air laut kian naik.
Dalam keterangan pers yang diunggah di situs Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (05/10/2021), Robert menyampaikan bahwa penurunan permukaan tanah yang intensif di berbagai kota tersebut serta terjadinya pemanasan global yang menyebabkan permukaan air laut naik, dikhawatirkan akan menenggelamkan beberapa kota tersebut pada beberapa tahun kedepan.
Selain itu, Robert menyampaikan bahwa pengamatan intensif yang dilakukan di Jakarta serta Semarang menunjukkan bahwa kedua kondisi geologi di daerah tersebut sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya amblesan.
Kemudian ia menambahkan bahwa amblesan terjadi hanya di lokasi yang dibangun oleh batuan muda dan batuan lempung yang belum terpadatkan, yang diketahui menyebar tidak secara homogen.
Berdasarkan data sampai tahun 2019 telah menunjukkan kenaikan permukaan air laut di kawasan Teluk Jakarta 0,43 cm per tahun serta di kawasan pantai Semarang 0,53 cm per tahunnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tenggelamnya berbagai kota di Pantura dalam artian secara keseluruhan kota terendam itu tak akan segera terjadi.
"Hanya bagian kota yang terletak dekat ke pantai dan dibangun oleh batuan lempung dan alluvial yang belum terpadatkan yang akan tenggelam," ungkap Robert.
Sementara itu, Eddy Hermawan yang merupakan Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN menyampaikan bahwa proyeksi Jakarta serta beberapa kota pesisir di sepanjang Pantura tenggelam terjadi disebabkan oleh 3 faktor, yaitu karena perubahan iklim, penurunan laju muka tanah (landsubsidence), dan kondisi lokal setempat.
Eddy berkata bahwa proyeksi difokuskan kepada hasil analisis gabungan antara dampak perubahan iklim global dan laju landsubsidence yang cukup pesat saat ini.
Diketahui, kawasan pesisir Pantura mengalami penurunan muka tanah paling tajam berdasarkan hasil analisis data satelit terkini.
Selain itu, Eddy menyampaikan bahwa perlu untuk dilakukan monitoring terkait penurunan tanah serta laju perubahan garis pantai akibat perubahan ketinggian air laut. Kondisi tersebut berbeda dengan yang terjadi di kawasan selatan Jawa yang memiliki struktur geologi yang cenderung berbukit.
Terakhir, Eddy menyampaikan bahwa nantinya perlu untuk dilakukan berbagai upaya pencegahan yang nyata. Ia menilai pembuatan Tanggul Raksasa saja belum cukup, harus diimbangi juga dengan kebijakan penggunaan air tanah, penanaman hutan mangrove, serta berbagai upaya pencegahan perusakan lingkungan harus segera mungkin dilakukan. Ia mengingatkan bahwa upaya-upaya tersebut akan lebih efektif jika dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat.