Biar Warga Punya Anak, Korsel Buat Ajang Cari Jodoh Massal
Ajang cari jodoh di Korea Selatan diluncurkan pemerintah guna tingkatkan angka kelahiran. Baca selengkapnya di sini!
BaperaNews - Sebanyak 100 pria dan wanita berkumpul di sebuah hotel dekat Seoul, Korea Selatan. Ajang cari jodoh ini diinisiasi oleh pemerintah kota Seongnam sebagai langkah untuk mendorong warganya menikah dan meningkatkan angka kelahiran di negara tersebut.
Para peserta, yang mayoritas berusia 20-an dan 30-an, berkumpul di sebuah hotel. Dengan label nama yang terpasang di pakaian mereka, mereka duduk bersebelahan.
Acara ini dipandu oleh seorang pelatih hubungan yang memulai permainan dengan permainan batu-kertas-gunting.
Pemerintah kota sangat berkomitmen dalam menyelenggarakan acara ini. Mereka menyediakan anggur merah, coklat, permainan, layanan rias gratis, dan bahkan pemeriksaan latar belakang bagi para lajang yang berpartisipasi.
Upaya ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk menciptakan suasana yang mendukung pernikahan dan keluarga.
Lee Yu-mi (36) pegawai pemerintah kota, mengungkapkan bahwa dia harus mendaftar tiga kali untuk akhirnya mendapatkan tempat di acara tersebut.
"Saya tidak menyangka kompetisi ini akan sekompetitif ini," katanya kepada Reuters.
Namun, kebijakan semacam ini tidak sepenuhnya diterima dengan baik di seluruh Korea Selatan. Meskipun ibu kota negara, Seoul, sempat mempertimbangkan menyelenggarakan acara serupa, rencana tersebut ditunda setelah mendapat kritik.
Baca Juga: Resesi Seks, Pemerintah Jepang Buat Acara Perjodohan
Banyak yang berpendapat bahwa ajang cari jodoh hanya akan membuang-buang uang pembayar pajak, tanpa mengatasi akar masalah yang melatarbelakangi rendahnya angka pernikahan dan kelahiran di negara ini, yaitu tingginya biaya perumahan dan pendidikan anak.
Tingkat kesuburan di Korea Selatan menurun ke rekor terendah tahun lalu, mencapai 0,78, sebuah angka yang menjadi sorotan di tingkat global. Angka ini jauh di bawah rata-rata di negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Faktor-faktor seperti biaya hidup yang tinggi dan sulitnya mendapatkan rumah telah menjadi penghambat utama bagi pasangan muda untuk menikah dan memiliki anak.
Jung Jae-hoon, seorang profesor di departemen kesejahteraan sosial di Universitas Wanita Seoul, menilai bahwa ajang cari jodoh ini tidak akan secara signifikan meningkatkan angka kelahiran.
Menurutnya, langkah-langkah konkret yang mendukung kehamilan, persalinan, dan pengasuhan anaklah yang akan lebih efektif daripada ajang seperti ini.
Walikota Seongnam, Shin Sang-jin, mempertahankan kebijakan ini, menyatakan bahwa menyebarkan pandangan positif tentang pernikahan akan membantu secara keseluruhan dalam meningkatkan angka kelahiran.
Ia juga menegaskan bahwa ajang cari jodoh hanyalah salah satu dari banyak kebijakan yang diluncurkan kota untuk mengatasi tantangan ini.
"Angka kelahiran yang rendah tidak dapat diselesaikan dengan satu kebijakan saja. Ini juga merupakan tugas kota untuk menciptakan lingkungan bagi orang-orang yang ingin menikah untuk menemukan pasangannya," kata Shin.
Baca Juga: Wabah Kutu Busuk di Korea Selatan Mengganas, Ini Awal Mulanya!