Anggota PPSU di Pasar Minggu Ditodong Pistol Saat Tebang Pohon
Seorang anggota Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Pasar Minggu, ditodong pistol oleh OTK ketika sedang melakukan pemangkasan ranting pohon.
BaperaNews - Seorang anggota Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, berinisial LG, ditodong pistol oleh pria berinisial FA ketika sedang melakukan pemangkasan ranting pohon, Selasa (15/10).
Insiden tersebut terjadi di depan rumah FA di Komplek Buncit Indah, Jalan Mimosa, RT 09/RW 04, Pejaten Barat.
Menurut keterangan yang disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, FA tiba-tiba muncul di lantai dua rumahnya, membuka jendela, dan berteriak kasar kepada para petugas PPSU yang sedang bekerja.
Tak hanya itu, FA kemudian mengacungkan senjata yang diduga pistol ke arah para petugas PPSU untuk menghentikan aktivitas penebangan pohon.
"Pelaku mengacungkan diduga senjata api jenis pistol ke arah karyawan PPSU untuk menghentikan aktivitas penebangan pohon," ujar Kombes Pol Ade Ary dalam keterangannya pada Rabu (16/10).
Peristiwa ini terjadi saat beberapa anggota PPSU Kelurahan Pejaten Barat yang terdiri dari AS, RM, YS, AA, dan LG tengah melakukan pemangkasan ranting pohon di sekitar lingkungan tersebut.
Mereka bekerja di bawah pengawasan langsung Kelurahan Pejaten Barat dan melakukan pekerjaan rutin dalam menjaga kebersihan dan keselamatan lingkungan setempat.
Ketika FA mulai melontarkan kata-kata kasar dan mengancam dengan senjata, petugas PPSU yang terlibat dalam kejadian tersebut langsung merasa ketakutan.
Mereka segera menghubungi Lurah Pejaten Barat, Asep Ahmad Umar, untuk meminta bantuan dalam menangani situasi yang semakin memanas.
Tak lama setelah menerima laporan dari anggotanya, Lurah Pejaten Barat, Asep Ahmad Umar, tiba di tempat kejadian perkara (TKP). Menurut keterangan lebih lanjut dari pihak kepolisian, Asep langsung mendatangi rumah FA untuk mencoba menyelesaikan situasi.
"Asep mendatangi rumah pelaku tersebut dan anggota PPSU tidak tahu apa yang dibicarakan oleh lurah terhadap pelaku," kata Kombes Pol Ade Ary.
Baca Juga : Mahasiswi di Jambi Diperkosa Usai Ikut Orientasi Mapala Kampus, Ada 4 Video Asusila di HP Pelaku
Namun, setelah pertemuan singkat antara Asep dan FA, para petugas PPSU diarahkan untuk kembali ke kantor Kelurahan Pejaten Barat tanpa melanjutkan pekerjaan pemangkasan di lokasi tersebut.
Setelah kejadian penodongan, para petugas PPSU memutuskan untuk melaporkan insiden tersebut ke Polsek Pasar Minggu untuk ditindaklanjuti secara hukum.
Saat ini, pihak kepolisian masih mendalami kasus ini dan melakukan penyelidikan lebih lanjut guna mengklarifikasi detail peristiwa serta keabsahan senjata yang digunakan oleh FA.
Penodongan dengan senjata api ini menimbulkan keresahan bagi para petugas PPSU yang menjalankan tugas menjaga kebersihan dan ketertiban di lingkungan. Mereka berharap pelaku dapat ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku agar kejadian serupa tidak terulang.
Kejadian seperti ini menunjukkan bahwa petugas PPSU yang bertugas di lapangan tidak hanya menghadapi risiko dari segi keselamatan kerja, tetapi juga ancaman dari warga yang mungkin tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan petugas.
Penodongan pistol yang dialami LG dan rekan-rekannya saat bekerja memotong ranting pohon ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan hukum bagi petugas lapangan.
Penodongan menggunakan pistol di Jakarta Selatan ini mencuatkan kembali isu keamanan bagi petugas publik yang melakukan pekerjaan rutin di lingkungan masyarakat.
Tindakan kekerasan, termasuk penggunaan senjata, seharusnya tidak menjadi respons atas pekerjaan yang dilakukan demi kebaikan dan kepentingan umum.
Petugas PPSU di Jakarta Selatan, termasuk di seluruh wilayah DKI Jakarta, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kebersihan, ketertiban, dan kenyamanan lingkungan.
Mereka seringkali melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran, seperti membersihkan jalan, mengelola drainase, hingga memotong pohon yang berisiko tumbang.
Meski tugas ini penting, terkadang pekerjaan mereka dihadapkan pada tantangan, termasuk resistensi dari warga yang tidak memahami pentingnya pemeliharaan lingkungan. Dalam kasus ini, ancaman dengan senjata api tentu membuat pekerjaan mereka semakin berisiko.
Baca Juga : Mobil Seruduk Minimarket Cinere Depok, Diduga Karena Salah Oper Gigi