Sempat Curhat soal Perusahaan, Mantan Karyawan OpenAI Tewas Bunuh Diri
Mantan peneliti OpenAI, Suchir Balaji, tewas bunuh diri. Sebelumnya ia mengkritik OpenAI soal pelanggaran hak cipta terkait teknologi AI seperti ChatGPT

BaperaNews - Mantan peneliti OpenAI, Suchir Balaji, ditemukan tewas di apartemennya di San Francisco, Amerika Serikat, dengan penyebab kematian dipastikan sebagai bunuh diri.
Informasi ini dikonfirmasi oleh pihak OpenAI dan Kantor Kepala Pemeriksa Medis San Francisco.
"Kami sangat sedih mendengar berita yang sangat menyedihkan ini dan turut berduka cita kepada keluarga Suchir selama masa sulit ini," ujar juru bicara OpenAI dalam sebuah pernyataan resmi.
Menurut Direktur Eksekutif Kantor Kepala Pemeriksa Medis San Francisco, David Serranso Sewell, kematian Balaji terjadi karena bunuh diri.
“Cara kematian bisa dipastikan bunuh diri,” kata Sewell, pada Jumat (13/12).
Jenazah Balaji ditemukan pada 26 November 2024 setelah Departemen Kepolisian San Francisco menerima panggilan untuk pemeriksaan kesehatan di sebuah apartemen di Buchanan Street.
Ketika tiba di lokasi, petugas menemukan seorang pria dewasa yang telah meninggal dunia. Investigasi awal tidak menemukan adanya bukti tindak pidana.
Sebelum kematiannya, Balaji sempat mengungkapkan kekhawatirannya terkait aktivitas OpenAI.
Baca Juga : Karyawan Magang TikTok Dipecat Usai Diduga Sabotase Model AI
Mantan karyawan tersebut secara terbuka menyatakan bahwa perusahaan tersebut diduga melanggar undang-undang hak cipta dalam membangun chatbot berbasis kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Ia meninggalkan OpenAI pada awal 2024.
Dalam wawancaranya dengan New York Times pada Oktober 2024, Balaji menyatakan keprihatinannya terhadap dampak negatif teknologi ini terhadap pembuat konten digital.
“Jika Anda percaya apa yang saya yakini, Anda harus meninggalkan perusahaan itu,” katanya.
Balaji menganggap bahwa model kecerdasan buatan seperti ChatGPT berpotensi merugikan keberlangsungan komersial individu dan organisasi yang menciptakan data atau konten digital yang digunakan untuk melatih sistem AI.
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, mengingat OpenAI saat ini menghadapi gugatan hukum dari sejumlah penerbit, penulis, dan seniman terkait dugaan pelanggaran hak cipta.
Gugatan hukum tersebut menuduh OpenAI dan mitranya, termasuk Microsoft, menggunakan materi berhak cipta tanpa izin untuk melatih sistem AI mereka.
Para penggugat meminta pertanggungjawaban atas kerugian yang mereka klaim mencapai miliaran dolar.
Baca Juga : Karyawan EY Meninggal Dunia, Diduga Karena Lelah Terlalu Banyak Kerja