Mengulik Peristiwa Gempa Cianjur, Fahd A Rafiq: Nyawa Manusia Sangat Berharga, Kita Wajib Berbenah

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq mengulik peristiwa gempa Cianjur, ia menyebut bahwa nyawa manusia sangatlah berharga, jadi harus berbenah untuk menangani setiap terjadi bencana alam.

Mengulik Peristiwa Gempa Cianjur, Fahd A Rafiq: Nyawa Manusia Sangat Berharga, Kita Wajib Berbenah
Mengulik Peristiwa Gempa Cianjur, Fahd A Rafiq: Nyawa Manusia Sangat Berharga, Kita Wajib Berbenah. Gambar : Dok. Divisi Humas Polri

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq sangat prihatin dengan kesalahan-kesalahan di masa lalu soal penanggulangan bencana seperti gempa bumi dan tsunami di Indonesia. 

Perlu diketahui, Indonesia sangat rentan terkena gempa bumi dan tsunami. Setiap peristiwa itu terjadi, pasti selalu memakan korban dengan jumlah yang begitu banyak. Menurut Fahd, nyawa manusia jangan dibiarkan sebagai taruhan karena kelalaian para petugas penanggulangan bencana yang tidak pernah belajar dari sejarah bencana alam di Indonesia. 

“Ingat, salah satu tugas Negara adalah menyelamatkan nyawa rakyatnya. Gempa bumi yang melanda Cianjur bukan sekedar bencana alam terus hanya diberi bantuan sosial, masalahnya langsung selesai. Tidak begitu prinsipnya,” ucap Fahd A Rafiq. 

Fahd A Rafiq menyarankan agar pemerintah lebih fokus terhadap pembenahan teknologi dengan alur deteksi yang lebih singkat, sehingga masyarakat Indonesia dengan mudah untuk mengantisipasi bencana alam yang akan terjadi, sekaligus meminimalisir korban jiwa akibat bencana alam. 

Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, hingga gunung meletus sangat melekat dengan bumi Nusantara. Seperti hal nya yang baru ini terjadi adalah gempa Cianjur dan erupsi Gunung Semeru. 

Menurut data dari BNPB, per Jumat (9/12/22), tercatat ada 3.332 bencana alam yang memakan korban jiwa sebanyak 563 orang, 43 orang hilang, 8.694 luka-luka, dan 5.081.060 orang mengungsi. 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Gempa Cianjur merupakan sebuah bencana alam dengan siklus 10 tahun sekali, tapi literasi dan pencerdasan kepada masyarakat akan kegempaan yang rendah dan mitigasi yang buruk, menjadi penyebab tewasnya 334 orang warga Cianjur. Saya disini bukan untuk mengkambinghitamkan, tapi disinilah kelemahan Negara kita dalam penanggulangan bencana alam,”. 

“Saya fokus pada gempa Cianjur, gempa seperti itu pernah terjadi pada tahun 1982 dan 2000. Sumber gempa yang menimpa Cianjur 3 minggu yang lalu berada di zona sesar cimandiri dan berkekuatan 6,7 skala richter. BMKG pun telah menyatakan wilayah Cianjur sebagai kawasan rawan gempa bumi permanen yang sangat merusak dan tercatat sejak tahun 1844,” lanjut Fahd A Rafiq. 

Baca Juga : Foto: Ketum DPP Bapera Fahd A Rafiq Berikan Bantuan Untuk Korban Gempa Cianjur

Fahd A Rafiq menyarankan, setiap terjadi peristiwa gempa dan tsunami yang menimpa Indonesia, bisa menjadi refleksi, terutama untuk pemerintah beserta jajarannya. 

“Terus dan terus belajar dari kejadian yang lalu, karena nyawa manusia sangat berharga. Salah kelola, nyawa orang banyak yang melayang. Ingat, alam selalu memberikan kode tersirat ketika ingin terjadi bencana,” tegas Fahd A Rafiq

Gempa yang terjadi di Cianjur berdampak begitu besar, salah satu nya kerusakan rumah, korban gempa di Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang banyak yang kehilangan rumah. 

“Warga setempat mengaku tidak tahu bahwa kawasan tempat tinggalnya itu rawan bencana,” imbuh Fahd A Rafiq. 

Berdasarkan informasi dari BMKG, penyebab terjadinya gempa Cianjur berasal dari bagian sistem sesar cimandiri. Sesar cimandiri adalah sesar aktif yang membentang sekitar 100 kilometer dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cianjur, hingga Padalarang. 

“Sejarah gempa di sesar cimandiri yang saya sebutkan tadi cukup banyak. Jadi, banyak masyarakat yang hidup di zona sesar aktif, namun tidak menyadarinya,” pungkas Fahd A Rafiq. 

“Pada banyak kasus bencana alam di Indonesia, penetapan selalu dilakukan setelah bencana terjadi. Ya, namanya daerah rawan seharusnya tidak menjadi pemukiman penduduk. Ide ini perlu komitmen bersama. Oke daerah ini gak boleh dibangun karena daerah sesar, yang ini boleh. Seringnya yang terjadi di lapangan ialah kepentingan lebih kompleks dari sekedar kepentingan untuk pengurangan resiko bencana,” sambung Fahd A Rafiq. 

“Oleh karena itu, sebaiknya Indonesia harus kembali belajar dalam menangani sebuah bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami secara totalitas. Karena, bencana seperti itu tidak hanya merugikan materi saja, namun juga mempertaruhkan nyawa masyarakat dan ini perlu dievaluasi lagi,” tutup Fahd A Rafiq.

Baca Juga : Video: Ormas Bapera Berikan Bantuan Untuk Korban Gempa Cianjur

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)