Indonesia Posisi Ke- 2 Penghasil Sugar Daddy Terbanyak di Asia Tenggara

Indonesia menempati posisi tinggi sebagai negara penghasil sugar daddy di Asia Tenggara, menurut survei SeekingArrangement. Baca selengkapnya di sini!

Indonesia Posisi Ke- 2 Penghasil Sugar Daddy Terbanyak di Asia Tenggara
Indonesia Posisi 2 Penghasil Sugar Daddy Terbanyak di Asia Tenggara. Gambar : Ilustrasi Canva By P_wei

BaperaNews - Indonesia telah masuk ke dalam daftar 10 negara penghasil sugar daddy terbanyak di Asia Tenggara, menurut situs kencan online SeekingArrangement. Sugar daddy merupakan istilah yang merujuk kepada pria dewasa kaya yang suka menjalin hubungan dengan perempuan lebih muda dan senang memenuhi segala kebutuhan sang kekasih.

Pada Senin (20/03), hasil survei menunjukkan bahwa jumlah sugar daddy di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 60 ribu, menjadikannya sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara. Bahkan, jika diperluas ke wilayah Asia secara keseluruhan, Indonesia menempati urutan kedua setelah India.

SeekingArrangement mencatat bahwa India menempati posisi teratas dengan jumlah 338 ribu sugar daddy, sedangkan di urutan ketiga, setelah Indonesia, adalah Malaysia dengan 32.500 sugar daddy.

Penyebab fenomena sugar daddy ini, menurut SeekingArrangement, di antaranya adalah tingginya biaya pendidikan dan kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan miskin. Biaya pendidikan yang tinggi memaksa banyak mahasiswa mencari sumber pendanaan tambahan, sedangkan kesenjangan ekonomi mendorong pertumbuhan fenomena sugar daddy.

Survei ini juga mengungkap bahwa banyak perempuan, terutama mahasiswi, sengaja mencari hubungan dengan pria yang lebih tua dan mapan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Baca Juga: Riset: Pelajar SMP-SMK di Indonesia Habiskan Rp200 Ribu per Minggu untuk Rokok

Selain itu, ledakan ekonomi di kawasan Asia yang berkembang pesat telah menarik banyak investor asing, yang juga berkontribusi terhadap pertumbuhan fenomena sugar daddy di kalangan demografi perkotaan.

Fenomena sugar daddy yang semakin menyebar di Indonesia menimbulkan berbagai pertanyaan terkait dampaknya terhadap masyarakat dan kesejahteraan perempuan, terutama mahasiswi.

Meskipun bagi beberapa orang sugar daddy mungkin menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan finansial, namun hal ini juga membawa risiko terkait ketergantungan finansial dan kesenjangan kekuasaan dalam hubungan tersebut.

Sebagai negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia perlu memperhatikan fenomena seperti ini dengan lebih serius. Perlindungan terhadap perempuan, terutama dalam konteks hubungan yang tidak seimbang secara kekuasaan dan finansial, menjadi penting untuk dipertimbangkan.

Baca Juga: Enggan Menikah, Angka Pernikahan di Indonesia Capai Titik Terendah