Holding BUMN Pangan Terlibat dalam Penjualan Kondom, Kok Bisa?
Direktur Utama BUMN RNI, Frans Marganda Tambunan, memberikan penjelasan mengapa memproduksi kondom dan beberapa bisnis lain di luar sektor pangan.
BaperaNews - Kasus yang menghebohkan masyarakat terkait dengan penjualan kondom oleh perusahaan yang berada di bawah holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan, PT RNI (Persero) atau ID FOOD, memunculkan pertanyaan besar di masyarakat. Bagaimana bisa sebuah BUMN yang seharusnya bergerak di sektor pangan terlibat dalam bisnis kondom?
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), Frans Marganda Tambunan, memberikan penjelasan tentang kompleksitas bisnis yang pernah diurus oleh RNI. Pada awalnya, RNI berada di bawah binaan Kementerian Keuangan, yang mengakibatkan beragam bisnis dikelola oleh perusahaan ini.
"Kenapa banyak core bisnis di dalam? Memang awalnya RNI di bawah binaan Kementerian Keuangan. Jadi dulu gado-gado, ada alat kesehatan dan farmasi, ada perkebunan, bahkan kita dulu punya Phapros yang kita divestasi ke Bio Farma. Jadi macam-macam," ungkap Frans Marganda Tambunan dalam acara "Ngopi BUMN" di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).
Sejumlah anak usaha di bawah ID FOOD, yang merupakan holding BUMN Pangan, ternyata tidak fokus pada sektor pangan. Salah satu anak usaha tersebut adalah PT Mitra Rajawali Banjaran, yang terlibra di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan memproduksi alat kesehatan, termasuk kondom.
Tahun lalu, RNI telah mencoba untuk menjual anak usaha yang memproduksi kondom ini kepada PT Bio Farma (Persero), namun prosesnya terhenti karena masalah ketidakcocokan harga.
Baca Juga : Komisi XI DPR: 16 BUMN Dapat Suntikan Modal Negara
"Terkait pabrik Mitra Banjaran di Bandung, tahun lalu kita sudah coba divestasi ke teman kita Bio Farma. Cuma memang ada ketidakcocokan harga dan sebagainya, jadi kita tunda," tambah Frans.
Meskipun ada anak usaha yang terlibat dalam bisnis di luar sektor pangan, Frans menegaskan bahwa ID FOOD saat ini berfokus pada penyehatan perusahaan terlebih dahulu. Ia juga menekankan bahwa ketika divestasi, perusahaan kondom milik pemerintah ini akan dijual ke sesama BUMN.
"Jadi kita gunakan sementara ini Mitra Banjaran untuk mem-backup produksi alat kesehatan farmasi untuk Rajawali Nusindo sampai nanti kita berikutnya menunggu divestasi tahap dua kita tawarkan. Karena kami mengutamakan kalau didivestasi ke sesama BUMN," tegasnya.
Selain perusahaan yang bergerak dalam produksi kondom, ID FOOD juga memiliki anak usaha lain yang tidak terkait secara langsung dengan bisnis pangan, seperti pabrik karung, perkebunan, dan alat suntik. Rencananya, semua anak usaha yang tidak berkaitan dengan sektor pangan akan didivestasi. Hal ini merupakan bagian dari upaya ID FOOD untuk merinci dan merestrukturisasi bisnisnya.
Sebagai informasi tambahan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI telah sepakat untuk menyuntikkan modal senilai total Rp 42 triliun kepada beberapa BUMN, termasuk PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero).
Suntikan modal ini terdiri dari Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai dan non tunai yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2023. Penambahan modal ini bertujuan untuk mendukung program dan proyek yang ditetapkan sesuai penugasan pemerintah.
Sebagai bagian dari PMN non tunai, PT Rajawali Nusantara Indonesia alias ID FOOD menerima dana konversi piutang senilai Rp 2,56 triliun, yang akan digunakan untuk mengembalikan fokus bisnis BUMN Holding Pangan pada sektor pangan.
Frans Marganda Tambunan menegaskan bahwa anak usaha yang tidak terkait dengan pangan akan dijual sesuai dengan fokus bisnis masing-masing BUMN.
Misalnya, anak usaha di sektor perkebunan akan dijual ke PT Perkebunan Nusantara (PTPN), dan sektor lainnya akan dijual kepada pihak yang sesuai. Hal ini diharapkan akan membantu mengembalikan fokus bisnis perusahaan dan meningkatkan efisiensi operasional BUMN Pangan.
Baca Juga : Lagi Ramai! Pelajar Mabuk Dengan Minum Air Rebusan Kondom