BaperaNews - Seorang bocah Taman Kanak-kanak (TK) menjadi korban pencabulan oleh teman sekelasnya di Pekanbaru. Kasus ini terungkap berawal dari perilaku tidak wajar yang ditunjukkan korban di rumahnya. Hal yang lebih mengejutkannya lagi, korban merupakan seorang laki-laki yang dicabuli teman lelakinya juga.
Pada tanggal 1 November 2023, kejadian ini mulai terkuak ketika korban menunjukkan perilaku agresif dan tidak biasa sebagai respons atas penolakan sederhana dari orang tuanya. Korban membuka celana dan menunjukkan alat kelaminnya di depan orang tuanya.
"Anak saya marah dan memperlihatkan kelaminnya setelah ditolak, hal ini menimbulkan kecurigaan," jelas ayah korban. Berdasarkan pengakuan spontan anaknya, ia belajar perilaku tersebut dari seorang teman sekelas.
Keesokan harinya, 2 November 2023, ibu korban berusaha menanggapi situasi ini dengan mencari klarifikasi dari orang tua teman sekelas anaknya, yang pada akhirnya mengakui perbuatan anaknya.
Situasi semakin memburuk saat korban, pada 3 November 2023, menjelaskan kepada orang tuanya tentang insiden yang lebih mengkhawatirkan, di mana dia dipaksa oleh teman sekelasnya untuk melakukan tindakan tidak pantas.
Pada saat itu, korban mengaku bahwa sedang berada di kamar mandi, ketika keluar dari kamar mandi, teman korban pun datang dan menyuruhnya untuk masuk kembali ke dalam kamar mandi. Pada saat itulah, aksi bejat teman sekelasnya dilakukan, korban dipaksa untuk membuka celananya, dan pelaku menempelkan alat kelamin ke bokong korban.
Baca Juga: Miris! Lansia Cabuli Bocah 6 Tahun di Cinere
Mendengar pengakuan anaknya, orang tua korban langsung mengambil tindakan dengan menghubungi pihak sekolah pada 4 November. Namun, jawaban sekolah tampaknya kurang memuaskan.
"Kami meminta tindakan dari sekolah, tapi mereka tidak memberikan solusi yang jelas, mengatakan bahwa tanpa bukti, mereka tidak bisa berbuat banyak," tegas ayah korban.
Pada 8 November, situasi semakin serius ketika orang tua korban menemukan fakta lain yang lebih mendalam mengenai perlakuan yang diterima anaknya. Hal ini mendorong mereka untuk mengambil langkah lebih lanjut dengan mengunjungi PPA Kota Pekanbaru pada 20 November untuk mencari bantuan.
Kejadian ini berlanjut dengan serangkaian kunjungan dan pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk sekolah, yayasan, dan PPA, namun tanpa hasil yang memuaskan. Bahkan, setelah kejadian ini viral, seperti yang diungkapkan ayah korban pada Jumat (12/1), Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru baru mulai mengambil langkah.
Kasus bocah TK dicabuli teman sekelasnya ini menyoroti pengawasan dan pendidikan yang lebih baik di lingkungan sekolah, khususnya terkait dengan keselamatan dan perlindungan anak.
"Kami hanya ingin pertanggungjawaban dan tindakan konkret untuk menyehatkan mental anak kami," jelas ayah korban.
Kasus siswa TK cabuli teman ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih proaktif dalam menangani dan mencegah kejadian serupa di masa yang akan datang.
Baca Juga: Aksi Bejat Ayah di Jaksel Cabuli Anak Tiri Sejak Kelas 5 SD: Saya Nafsu Lihat Dia