Fahd A Rafiq Ungkap Alasan Indonesia Terjebak Dalam “Middle Income Trap”

Fahd A Rafiq bercerita tentang Hornet Nest Ekonomi yang membuat Indonesia tidak menjadi negara maju dan terjebak di dalam “Middle Income Trap”. 

Fahd A Rafiq Ungkap Alasan Indonesia Terjebak Dalam “Middle Income Trap”
Fahd A Rafiq bercerita tentang Hornet Nest Ekonomi yang membuat Indonesia tidak menjadi negara maju dan terjebak di dalam “Middle Income Trap”. Gambar : Unsplash.com/Dok. José Martín Ramírez Carrasco

BaperaNews - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyebut bahwa sebelum ISIS tercipta, ideologi terlebih dahulu diciptakan selama 6 tahun oleh 18 Doktor Ilmu Agama. Namun, kali ini Fahd A Rafiq tidak akan membahas tentang agama, ia akan membahas Hornet Nest Ekonomi yang membuat Indonesia tidak menjadi negara maju dan terjebak di dalam “Middle Income Trap”. 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Dalam dunia ekonomi sering kali kepala kita berhadapan dengan teori ekonomi yang ternyata tidak sejalan dengan aplikasinya dalam strategi bernegara. Apakah ada dualisme ekonomi tersebut? Ekonomi kampus adalah “ciptaan” dalam tanda petik agar kalo dipraktekan pada sebuah negara ilmu tersebut tidak kusut. Sementara, yang negara adidaya lakukan itu buka ekonomi yang diajarkan di kampus. Jadi, ilmu kampus ternyata ilmu rekaan semata dan Hornet Nest Ekonomi ternyata itu ada”. 

Fahd A Rafiq juga menegaskan bahwa ideologi ekonomi untuk menjebak itu ternyata ada. Batasan atau Barrier to Entry dibuat agar negara lain tidak bisa sekuat negara adikuasa yang didesain untuk negara pemenang perang dunia II yakni Amerika dan Eropa Barat.

Buktinya adalah mata uang penguasa dunia ini 65% transaksinya menggunakan US Dollar, 20% menggunakan Euro, Yen 4,7%, Yuan China hanya digunakan 1,9%. Saat ini, Rubel Rusia menantang kedigdayaan dollar yang sudah puluhan tahun berkuasa. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq : Kemiskinan Dan Kebodohan Itu By Sistem

“Mengingatkan kembali kita akan sejarah negara. Negara yang dulu menantang dollar langsung hancur rata negaranya dengan tanah yang dilakukan oleh Myanmar Khadafi (Mantan Presiden Libya) dan Saddam Hussein (Mantan Presiden Irak). Dan yang saat ini sedang berlangsung ialah Rusia (Rubbernya) dan Tiongkok (Yuan nya) menantang hegemoni dollar,” cetus Fahd A Rafiq. 

“Meskipun Tiongkok menguasai mayoritas perdagangan dunia sampai 50 atau 60%, dollar USA tetap underlying transaksi mereka. Contoh CPO Indonesia dibeli oleh China atau Jepang, lalu bayarnya pakai yuan atau yen terus yuan atau yen tadi di buat apa? Jadi ya tetap bayarnya menggunakan dollar,” sambung Fahd A Rafiq

Tak hanya itu, ada contoh lain lagi yaitu ketika Anda ingin beli mesin canggih dari Jepang, lalu bayar pake yuan, apakah negara Jepang mau terima yuan? Sudah pasti tidak mau. Jepang akan minta dollar untuk devisa negara mereka. Kenapa bisa begitu? Itu merupakan kesepakatan atas dasar suka sama suka atau dasar sebagai penguasa dunia, seperti halnya Anda harus nurut dengan saya. 

Kemudian, Fahd A Rafiq juga mengkritik tentang pendidikan Indonesia. Ia mengatakan “alokasi anggaran untuk sektor pendidikan saat ini nilainya menjadi Rp 621,4 triliun di tahun 2022 alias nambah 76,5 triliun. Hal ini memenuhi mandatory alokasi 20% anggaran pendidikan terhadap belanja negara, akan tetapi posisi pendidikan Indonesia tidak sesuai ekspektasi harapan masyarakat Indonesia”. 

“Posisi Indonesia di peringkat sistem pendidikan Asia yaitu pada urutan 55 dari 73 negara. Nah yang menjadi pertanyaan adalah adakah Hornet Nest Pendidikan? Sehingga pendidikan Indonesia tidak kunjung naik ke 10 besar. Hal ini harus menjadi fokus kajian, khususnya untuk para penggiat pendidikan Indonesia,” tutup Fahd A Rafiq.

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Mengenal State Sponsor Yang Ingin Porak Porandakan Indonesia

Penulis: ASW