Fahd A Rafiq Sarankan Pemerintah Maksimalkan Selat Malaka

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyarankan pemerintah agar segera memaksimalkan selat Malaka.

Fahd A Rafiq Sarankan Pemerintah Maksimalkan Selat Malaka
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyarankan pemerintah agar segera memaksimalkan selat Malaka. Gambar : Unsplash.com/Dok. Mick Haupt

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Dunia ini terdapat 6 selat utama atau biasa disebut Major Strait. Dari 6 selat utama dunia tersebut, terdapat 4 selat yang berada di Indonesia. Kenapa bisa dikatakan sebagai Major Strait? Simak penjelasan dari Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq

“Selat adalah laut yang berada di antara dua pulau, jumlahnya pun ada ratusan di dunia ini. Kenapa dikatakan ada selat utama? Karena selat tersebut dilalui oleh kapal perniagaan dan jalur niaga memberikan julukan Major Strait. Dari 6 selat tersebut, nomor satu yang ada di wilayah Indonesia yaitu Selat Malaka,” ujarnya. 

Diketahui, terusan Panama, terusan Suez merupakan selat yang berada di luar Indonesia, selat yang berada di Indonesia hanya 4 saja, salah satunya ialah Selat Malaka. Selat Malaka merupakan selat yang sudah dilewati lebih dari seratus ribu vessel atau kapal niaga besar setiap tahunnya. Selat Malaka juga merupakan selat terbanyak yang sudah dilintasi oleh berbagai macam kapal sehingga dikatakan sebagai selat no 1 di dunia. 

Negara Utara di Indonesia seperti Jepang, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Tiongkok merupakan negara produsen besar di dunia. 20% vessel negara tersebut ke arah Amerika Utara, sedangkan 80% vesselnya menuju arah Asia Timur, Asia Tenggara, Afrika, hingga Eropa, dan vessel tersebut melalui selat di Indonesia. 

Negara Utara Indonesia tersebut membutuhkan 18 juta barel per hari untuk kebutuhan BBM, dimana 80% telah disediakan oleh selat Hormuz yang juga melalui selat Malaka

Selain itu, Australia juga melewati selat Lombok dan selat Makassar untuk mengirim barang ke Negara Utara Indonesia. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq Berikan Solusi Jika Indonesia Terkena Resesi

“Lalu Indonesia dapat apa sih sebenarnya?” tanya Fahd A Rafiq. 

“Jujur, Indonesia tidak dapat apa apa dari laut yang dipakai tersebut. Dari selat yang dipakai tersebut tidak menguntungkan untuk Nusantara. Ok itu masa lalu, kalau ke depan bagaimana?” pungkasnya. 

"Bagaimana kalau kita kendalikan selat itu sebagai aset bangsa? Peraturan Internasional  negara yang mengatur Archipelago seperti wilayah Indonesia, wilayah negara - negara Pasifik Selatan. Peraturan Internasional itu selalu mengacu pada aturan kontinental atau daratan. Kita harus ubah, wilayah laut selat Indonesia sebagai wilayah Nusantara dan kita memutuskan misalnya menutup laut tersebut. Apa yang terjadi? Dunia bisa geger,” sambungnya. 

Perlu diketahui, Australia dapat melewati Papua Nugini apabila Indonesia menutup akses lautnya ketika negara tersebut ingin mengirim barang ke negara Utara. 4 Negara Utara Indonesia lainnya seperti China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan juga dapat melewati Papua Nugini. 

“Tidak usah pakai selat Malaka, tidak bisa masuk lewat Natuna atau kalau mau ya melipir lewat sisi Thailand atau lewat sisi Malaysia di selat Malakanya,” imbuh Fahd A Rafiq. 

“Pokoknya kalau mau melewati wilayah Indonesia bayar asuransi senilai 1% dari nilai barang. Kita tahu barang yang lewat tersebut ada lebih dari 2 triliunan dollar atau 2 ribu billion. Jadi kalau itu kita asuransikan atau kita pajakin versi kita dengan nama asuransi, kita mendapat lebih dari 250 triliun/tahun,” tegasnya. 

“Dan ini untuk devisa negara, akankah negara adikuasa seperti China dan Amerika marah besar? PASTI. Beranikah kita melawan dan mempertahankan hak kita? Jawabnya harus berani,  itu baru namanya revolusi,” tutup Fahd A Rafiq. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Jika Indonesia Kena Resesi, Kita Harus Cepat Antisipasi

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).