Fahd A Rafiq Bicara Soal Jebakan Uang
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq kali ini membahas tentang money trap atau jebakan uang.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Money trap atau jebakan uang akhir-akhir ini sering terdengar seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial di masyarakat. Diketahui, money trap merupakan jebakan uang yang dapat memicu Anda untuk berperilaku konsumtif dan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menjelaskan bahwa jebakan uang adalah suatu judul yang provokatif, namun menurutnya penting untuk disampaikan.
“Kita dari TK-SD-SMP-SMA/SMK, lalu S1-S2-doktor-profesor tambah 7 tahun lagi atau kita 25 tahun duduk di bangku sekolah tidak pelajari secara detail tentang value of money,” ujarnya.
Fahd A Rafiq menyampaikan tujuan sekolah adalah untuk mencari uang, seperti dengan wirausaha atau sebuah profesi. Namun, menurut Fahd selama masa sekolah yang panjang tidak pernah sekalipun diajari tentang mengelola uang, seperti nilai uang, manfaat uang, resiko uang, mencari uang hingga mengembangbiakkan uang.
“Semua ilmu tersebut didapat dengan susah payah dan pemikiran yang lama dalam kehidupan pasca sekolah,” ucapnya.
Terlebih lagi jika sudah tamat sekolah, mulailah muncul beban seperti biaya-biaya yang harus dibayar dan bisa memicu sebuah masalah. Biaya-biaya tersebut diantaranya, bayar listrik, bayar makan, bayar transport, komunikasi, kesehatan travel, gaya hidup dan lainnya. Semua itu harus dibayar dengan uang ataupun emas.
“Bayarnya pakai apa? Pakai uang, emas. Pakai apapun itu harus Anda miliki dulu, Anda kumpulkan dahulu,” lanjutnya.
Baca Juga : Fahd A Rafiq: Jika Indonesia Kena Resesi, Kita Harus Cepat Antisipasi
"Dalam statistik keuangan di Indonesia, 79% populasi hidup itu dari paycheck to paycheck. Apa itu artinya? Gaji bulanan atau pendapatan bulanan yang hanya bisa buat hidup sebulan. Akhir bulan habis, harus kerja lagi untuk hidup bulan itu. Sisanya yang 21% ini adalah orang kaya, uang kerja sebulan bisa untuk hidup setahun atau tidak bekerja. Bisa hidup selamanya karena harta banyak? Bukan!” tegasnya.
“Sisanya yang 21% adalah mereka hidup dari tunjangan orang lain atau subsidi negara yaitu sekitar 20 %. Yang kerja sedikit dapatnya banyak hanya 1% populasi manusia di Indonesia. Yang 20% bisa dikatakan tidak berincome, ini di usia kerja tentunya, kita abaikan yang usia 17 tahun kebawah atau yang 65 tahun keatas,” lanjutnya.
Oleh karena itu, hal tersebut bukan seberapa uang yang telah didapatkan. Jadi, paycheck to paycheck bukan hanya untuk yang hidupnya memiliki pendapatan sebesar Rp 5 juta perbulan saja, yang pendapatannya Rp 20 juta hingga Rp 100 juta perbulan hidupnya juga bisa paycheck to paycheck.
“Intinya bagaimana kita harus tahu proses uang keluar jauh lebih penting dari uang masuk. Kita bagi dua uang keluar untuk yang produktif dan konsumtif. Jadi, yang membuat anda keluar dari paycheck to paycheck adalah apa yang anda keluarkan untuk hal produktif seperti menabung, bisnis, investasi dan lain sebagainya,” imbuh Fahd A Rafiq.
Di Masa endemi yang berkepanjangan menimbulkan masalah kesehatan di masa perang Eropa Timur dan menyebabkan ekonomi dunia bermasalah, cuaca tidak menentu, masalah pangan dunia, BBM naik, barang naik 50% yang disebut inflasi tinggi. Saat ini masa dimana mata uang dunia melemah termasuk Indonesia.
“Solusinya adalah kita harus berwirausaha dan perbanyak mendengar dan membaca buku bisnis dan Wirausaha,” tutup Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Fahd A Rafiq Berikan Solusi Jika Indonesia Terkena Resesi
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).