Fahd A Rafiq Bicara Soal Capres 2024

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz A Rafiq kali ini akan membahas tentang capres 2024. 

Fahd A Rafiq Bicara Soal Capres 2024
Fahd A Rafiq Bicara Soal Capres 2024. Gambar : Kompas/Dok. HENDRA A SETYAWAN

Ahmad Sofyan (Kontributor) – Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz A Rafiq kali ini akan membahas tentang capres 2024. 

“Cara bernegara itu bukan cara berpolitik, politik adalah salah satu instrumen bernegara. Bernegara itu lebih luas dari politik, politik hanya bagian dari bernegara. Bernegara cita citanya harus jelas, harus membuat Indonesia menjadi negara berdaulat dan berdikari, karena itu cita cita semua negara yang ada di dunia,” ucap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Rabu, 1 Februari 2023. 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Karena saat ini semua serba digital berapakah peringkat Indonesia Berdasarkan data SQL indeks kualitas digital hidup ? Indonesia pada tahun 2021 masih rendah di Asia tenggara Indonesia berada di posisi 72 Dunia, diikuti Vietnam. Singapura berada di peringkat ke 6, Malaysia 31, Thailand 44 dan Philipina 48”.

Lebih lanjut Fahd A Rafiq menambahkan, “Ada beberapa faktor mengapa Indonesia hingga saat ini masih terpental di peringkat 70 an dunia yang disebabkan salah satunya belum meratanya para pengambil kebijakan membangun jaringan infrastruktur telekomunikasi yang memadai di semua wilayah Indonesia, walaupun saat ini harga ponsel bervariasi dan banyak yang murah, beberapa titik di kota besar sudah ada akses layanan wifi gratis. Disisi lain masyarakat kita juga tidak cukup mampu untuk berlangganan akses internet, inilah yang menjadi faktor penghambatnya”.

“Berdasarkan hasil kajian The Economist untuk indeks negara demokratis Indonesia saat ini mengalami penurunan berada di peringkat ke 3 dengan 6,39 diatasnya ada Philipina dengan 6,71 dan Malaysia 6,54 yang ketiganya masuk kategori demokrasi tidak sempurna. Terendah masih dipegang tiga negara yaitu Vietnam, kamboja dan Myanmar yang masuk kategori rezim otoriter,” sambung Fahd A Rafiq. 

Fahd A Rafiq menambahkan, “Semua pemimpin republik ini harus punya cita cita yang sama walau dengan cara yang berbeda beda, dalam setiap 5 tahunan atau 10 tahunan kelolaan negaranya. Setiap periode, setiap masa tantangannya berbeda beda”.

“Kita mulai bernegara ala demokrasi secara langsung. Terhitung pasca reformasi kita baru 4 kali melakukan pemilihan langsung, dimulai dari tahun 2004, 2009,2014 dan 2019. Tantangan sewaktu tahun 2000 an awal adalah ekonomi Indonesia harus recover dari keterpurukan karena resesi ekonomi tahun 1998 dan di tahun 2004 memerlukan tipe pemimpin yang bisa mengatasi masalah ekonomi tentunya. Dua periode pimpinan sby, yang dikatakan ekonominya mulai jalan, ekonomi bertumbuh 204% dalam 10 tahun. Namun ada dua hal yang harus diperhatikan menguatnya Radikalisme dan banyaknya teroris membunuh menggunakan bom di Indonesia”. 

Pada Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat sedikit hanya 23% dalam 8 tahun, per tahunnya tumbuh 2,4% dan apabila dipotong inflasi pertumbuhan negative dan ada hal yang paling menonjol yaitu perbedaan antar kelompok sangat meruncing. 

Bahkan pengamat intelijen dari Singapura dan Australia sepakat menganalisa apa yang terjadi dalam 8 tahun ini adalah hal yang berbahaya jika jangka panjangnya dipertahankan oleh pejabat negara baik mendiamkan aksi segregasi atau pemisahan atau bahkan pejabat menjadi pelaku pemisahan kelompok yang berbeda pandangan politik terutama Kristen - Islam, pribumi dan non pribumi, kelompok pengusaha tertentu yang dekat dengan istana versus ukm, keturunan china vs arab dan lain sebagainya. 

Kita masukan tema lain tapi  ada benang merahnya, bisa bayangkan 89% populasi muslim di Indonesia hanya memegang porsi ekonomi 35%, dimana 65% nya adalah non muslim. 9 naga semuanya bukan muslim yang memegang perputaran uang mungkin 80% dari 65% tersebut. Bener sih, secara agama sesungguhnya tidak bisa dilihat mentah begitu, namun ini adalah data fakta. 

Namun kalau ada yang berteriak mengatasnamakan agama, terutama islam fundamentalis garis keras yang mengatakan hal tersebut yang mungkin bertujuan agar dilihat sebagai pejuang agama namun cerah dan ucapan tersebut bisa memecah belah bangsa ini.  Jika hal ini  di amplifikasi terus menerus maka kebencian terhadap sesama saudara pasti tercipta. 

Ketimpangan lain lagi adalah 7% populasi memegang 90% ekonomi, dimana sisanya 93% populasi tersebut berebut 10% kue ekonomi. Kalau pdb nasional adalah 16.000 triliun artinya yang rp.14.400 triliun dipegang oleh 7% populasi sekitar 18,9 juta penduduk, sisanya rp 16.000 tribun diperebutkan oleh 93% populasi atau sekitar 252 juta penduduk! BAHKAN ada lagi yang membedah angka 90% ekonomi yang 0,1 elit person itu (18,9 juta kali 0,1%) memegang 80 porsi kue ekonominya. Jadi hanya 18.900 manusia Indonesia memegang Rp.11.500 triliun. 

Kalau dibagi rata, per orang dari yang 18.900 tadi, setiap tahunnya mereka mengendalikan ekonomi senilai 610 miliar rupiah per orang yang 99,9% atau 18.881.100 mendapatkan porsi ekonomi 2.900 triliun atau per orang mendapatkan kurang lebih 155 juta rupiah porsi pertahun kue ekonomi. Yang 22 juta penduduk mendapatkan rp. 1600 triliun dibagi 252 juta penduduk atau senilai Rp 6,5 juta per tahunnya. 

Sekarang kita review, anda masuk kategori mana ? kelompok elit 0,1% darin 18.900 orang yang mendapatkan porsi ekonomi 610 miliar setahunnya atau bagian dari 7% populasi yang rata rata dapat rp 155 juta per tahunnya? Atau bagi yang tidak berincome stabil hanya dapat dari orang tua, orang lain atau ada kerja serabutan yang hanya dapat 6,5 rupiah setahunnya. Ini hanya bahan renungan dari sebuah fakta 

Jadi, ada dua tugas untuk calon pemimpin kedepan, pertama kue ekonomi dunia yang dipegang Indonesia baru memegang rangking 16 dunia dimana kita hanya menguasai 1,1 triliun dollar atau senilai 16.000 dari porsi world gdp sebesar sebesar 101 triliun dollar yang mana amerika mengendalikan 25 triliun dollar porsi ekonomi dunia, tiongkok 20 triliun dollar (20% kue ekonomi dunia), Indonesia baru 1 % kue ekonomi dunia. 

Jadi, tugas pertama bagi pemimpin Indonesia kedepan adalah bagaimana menjadikan Indonesia kue ekonominya menjadi 25 triliun dollar dalam 20 tahun kedepan. 

kedua bagaimana porsi keseimbangan ekonomi bisa lebih merata, adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan yang 0,1% di kecilin dibagi ke bawah, bukan. Tetapi yang atas biarkan dapat 610 milyar setahun tetapi bagaimana yang bawah bisa naik 1000 kali lipat dari 6,5 juta per tahunnya menjadi 6,6 miliar setahunnya. 

Kenaikan pendapatan tadi harus tidak diikuti inflasi atau kenaikan nilai barang harus tetap sama. Seperti kambing kurban zaman rasulullah sekarang ya sekitar 4,5 gram emas, itu hanya contoh bahwa inflasi tidak ada kalau semuanya diukur pakai emas. 

“Jadi pemimpin kedepan harus bisa melakukan 2 hal tadi, kenaikan PDB nasional 25 kali lipat dan meningkatkan bottom of Pyramid penduduk bahwa pendapatannya naik 1000 kali lipat, tanpa inflasi. Yang jadi pertanyaan Siapa yang mampu melakukan hal itu dari sekian banyak capres 2024 yang ada di etalase publik Indonesia,” tutup Fahd A Rafiq.

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).