Fahd A Rafiq Beberkan Tantangan Anak Muda Era Digital 2023
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq membeberkan secara rinci beberapa hal yang menjadi tantangan generasi muda di era digitalisasi.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq prihatin dengan pemuda saat ini yang memiliki ribuan alasan untuk mengeluh dan menyalahkan orang lain terhadap situasi yang terjadi.
Fahd A Rafiq menghimbau agar pemuda Indonesia fokus untuk mengevaluasi diri dan mengubah internal hidup. Fahd A Rafiq yakin kesempatan besar tersebut akan datang dan menghampiri.
“Point pentingnya itu adalah kunci datangnya kesempatan adalah kesiapan,” ucap Fahd A Rafiq pada Senin (10/4).
Fahd A Rafiq menegaskan bahwa tantangan di zaman era digitalisasi saat ini perlu diungkap ke publik, sebab hambatan para pemuda yang paling mikro terkait langsung dengan konstelasi ekonomi, politik, budaya, kesehatan mental dan kesiapan pemuda itu sendiri.
Fahd A Rafiq membeberkan secara rinci beberapa hal yang menjadi tantangan generasi muda era digitalisasi. Tantangan pemuda di era digital yang pertama ialah “Duri Dalam Daging”, tantangan tersebut bersifat mutlak.
“Karena seberapa besar rasa yakin kita terhadap apa yang sedang dikerjakan, perjuangkan dan kita bangun. Duri dalam daging yang benar itu bukan saat kita dihina oleh orang jauh, tapi lebih berat saat dihina, dijatuhkan, dicampakkan dan tidak dipercaya oleh orang terdekat kita,” jelas Fahd A Rafiq.
“Jangan pernah mencari motivasi dan validasi dari luar, sebab terdapat ketidakpastian dan perkataan yang membuat kita tidak yakin dengan target dan gol yang mungkin belum ada atau jarang orang yang mengerjakan sebelumnya,” lanjut Fahd A Rafiq.
Kemudian tantangan pemuda di era digital yang kedua ialah “Rendahnya Critical Thinking”, dampak yang didapat tantangan tersebut adalah anak muda tidak bisa membuat keputusan, tidak tegas dengan diri sendiri, tidak bisa memutuskan untuk lingkungan, tidak disiplin dan konsisten terhadap yang dikerjakan.
“Tidak semua hal di tahun ini kita setujui, alih-alih menjadi manusia di tahun ini kita justru menjadi manusia yang sibuk tanpa arah,” jelas Fahd A Rafiq.
Tantangan pemuda di era digital yang ketiga adalah “Dimanjakan Dengan Hal Instan”, anak muda di era digital saat ini sangat suka dengan yang cepat atau instan. Sebab, sudah terdapat banyak alat yang dapat digunakan untuk mempercepat sebuah proses.
“Saya tidak katakan ini negatif dan tidak ada positifnya. Saat ini kita menghargai proses dari berjuang, menikmati proses saat kita berkarya misalnya dengan merasakan sakit dalam konsisten maka akan beda hasilnya. Cepat dapatnya, maka cepat juga perginya” jelas Fahd A Rafiq.
Perlu diketahui, saat ini dalam dunia pendidikan terdapat teknologi AI (Artificial Intelligence) yang memungkinkan pengguna untuk mempercepat proses menyelesaikan tugas.
Namun, teknologi AI jangan dijadikan sebagai jalan keluar untuk sebuah proses apapun, Anda juga harus tetap menghidupkan sisi kemanusian seperti empati, kreativitas, keyakinan standar dan nilai dalam berkarya.
“Oleh karena itu, tetaplah stay humanis dan tetaplah menjaga sisi kemanusiaan apapun profesi kita, agar kita sadar dan hidup seutuhnya,” imbuh Fahd A Rafiq.
Tantangan pemuda di era digital yang keempat adalah “Ego”, tantangan ini disebut sangat simple namun memiliki efek yang sangat luar biasa. Karena ego ada tapi tidak terlihat bahkan terkadang menjadi abu-abu kehadirannya.
“Saya tidak menyebut ego itu tidak penting. Ego itu penting dan ternyata keberadaannya adalah sebuah keniscayaan dalam diri manusia. Tidak ada orang hebat yang tidak punya ego, orang hebat pasti egonya lebih besar karena ego itu bisa membuat kita go back or go home. Sukses ya sesukses-suksesnya, tapi kalau hancur ya sehancur-hancurnya,” jelas Fahd A Rafiq.
“Namun satu hal yang pasti, ego itu harus bisa kita kendalikan bukan kita yang dikendalikan ego, sebab yang bisa mengendalikan ego kita bukan orang tua, guru, atau pasangan. Tapi jawabannya adalah diri kita sendiri,” sambung Fahd A Rafiq.
Tantangan pemuda di era digital yang kelima adalah “Malas dan Baperan”, berbagai kemudahan dan kecepatan yang ada saat ini membuat diri kita menjadi malas, critical thinking yang rendah membuat kita tidak dapat menyeimbangkan mana logika dan perasaan. Maka hasilnya yang harus dikerjakan jadi tertunda dan tidak harus dikerjakan terlebih dahulu.
“Istilah mager (males gerak) akan rapuh dengan perasaan diri sendiri, ketika ini terjadi maka kita akan mudah dimanipulasi, hitam menjadi putih begitu juga sebaliknya dan logical fallacy bakal terjadi besar-besaran di tahun ini,” jelas Fahd A Rafiq.
“Saya melihat orang yang berbuat baik berdasarkan value yang benar akan terlihat aneh karena minor jumlahnya, yang jujur dianggap culun, yang menjaga attitude akan dianggap kaku dan tidak asik, dan yang berintegritas akan terlihat aneh. Tahun ini menjadi begitu banyak ketidakpastian mulai dari ekonomi, politik dan kesehatan mental,” lanjut Fahd A Rafiq.
“Saya mengajak para pemuda untuk tetap kuat menjaga dan membawa harapan untuk kita, lingkungan bangsa dan Negara. Bukan tidak mungkin Indonesia 2045 layaknya yang digadang oleh semua orang yang ingin Indonesia kembali jaya,” tutup Fahd A Rafiq.
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).