Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Baja dan Aluminium untuk Seluruh Negara 25 Persen

Donald Trump mengenakan tarif impor sebesar 25 persen untuk baja & aluminium, picu ketegangan dagang global dan berdampak pada ekspor Indonesia ke AS.

Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Baja dan Aluminium untuk Seluruh Negara 25 Persen
Donald Trump Resmi Kenakan Tarif Impor Baja dan Aluminium untuk Seluruh Negara 25 Persen. Gambar : Reuters/Kevin Lamarque

BaperaNews - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif impor sebesar 25 persen terhadap baja dan aluminium pada Senin (10/2).

Kebijakan ini berlaku untuk seluruh negara tanpa pengecualian atau pembebasan.

Keputusan ini diambil untuk melindungi industri domestik AS dari persaingan yang dianggap tidak adil, terutama dari negara-negara Asia dan Eropa. Donald Trump menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi AS dan mendukung industri dalam negeri.

"Ini adalah hal besar, membuat Amerika kaya lagi," ujar Donald Trump saat mengumumkan kebijakan tersebut di Ruang Oval.

Meski AS mengimpor baja dan aluminium dalam jumlah besar dari Kanada, Brasil, dan Meksiko, kebijakan ini diyakini juga menyasar China secara tidak langsung.

Pasalnya, China sebagai produsen baja terbesar dunia tetap dapat menyalurkan produknya ke AS melalui jalur tidak langsung, seperti penjualan ke negara lain yang kemudian mengekspor ulang ke AS.

Sebelumnya, langkah Donald Trump untuk menaikkan tarif impor telah memicu perang dagang dengan berbagai negara, termasuk China. Sebagai respons atas tarif tambahan ini, China menerapkan tarif balasan pada produk AS, seperti chip dan logam tertentu.

Sementara itu, negara-negara Uni Eropa juga merasa terdampak. Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan menyatakan akan berhadapan langsung dengan Donald Trump terkait ancaman tarif yang lebih luas terhadap Eropa.

Pengenaan tarif impor ini mempengaruhi berbagai sektor industri di AS yang bergantung pada baja dan aluminium, seperti otomotif, infrastruktur, dan manufaktur pesawat terbang.

Baja digunakan dalam pembuatan kendaraan, peralatan rumah tangga, hingga konstruksi jembatan dan jalan raya. Sementara itu, aluminium menjadi bahan utama dalam kaleng makanan dan minuman, mobil, serta infrastruktur kelistrikan.

Dengan kenaikan tarif impor, biaya produksi dalam negeri berpotensi meningkat karena bahan baku menjadi lebih mahal. Beberapa produsen AS mungkin akan menaikkan harga produknya karena berkurangnya persaingan dari impor murah.

Baca Juga : Donald Trump Sebut Sedotan Kertas Konyol, Kini Beralih Kembali ke Plastik

Pabrik baja di AS sendiri memproduksi sekitar tiga kali lebih banyak dari jumlah yang diimpor, namun tetap bergantung pada baja luar negeri untuk memenuhi permintaan domestik.

Ketika Donald Trump pertama kali memberlakukan tarif impor baja dan aluminium pada 2018, impor sempat turun dan produksi lokal meningkat. 

Namun, lonjakan produksi dalam negeri tersebut tidak bertahan lama karena permintaan baja menurun drastis saat pandemi 2020.

Beberapa negara mitra dagang AS telah berusaha menghindari dampak tarif impor ini dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa negara mengimpor baja setengah jadi, lalu mengolahnya lebih lanjut sebelum mengekspornya ke AS.

Pejabat pemerintahan Donald Trump menegaskan bahwa kebijakan baru ini dirancang untuk menutup celah hukum yang memungkinkan praktik semacam itu terjadi.

Sementara itu, Donald Trump juga sedang mempertimbangkan pengecualian untuk Australia. Menurutnya, Australia memiliki surplus perdagangan dengan AS karena banyak membeli pesawat terbang dari Amerika.

Di sisi lain, Kanada dan Meksiko sempat mendapatkan keringanan tarif impor sebesar 25 persen, tetapi Donald Trump kemudian menghapus pembebasan tersebut seiring dengan tuntutan peningkatan pengawasan terhadap peredaran narkoba dan imigrasi ilegal di perbatasan.

Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu pasar ekspor aluminium utama. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama 2019-2023, ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS meningkat.

Pada 2019, nilai ekspor produk tersebut tercatat US$75 juta, dan naik menjadi US$102 juta pada 2023.

Namun, kebijakan tarif impor baru ini mulai berdampak negatif. Pada periode Januari-Agustus 2024, ekspor aluminium ekstrusi Indonesia ke AS anjlok menjadi US$41 juta, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai US$79,5 juta.

Baca Juga : PM Kanada Sebut Donald Trump Ingin Kuasai Negaranya: Mereka Mau Dapat Manfaat dari Kita