Bukan karena Agama, Ini Alasan Jordi Onsu Tak Konsumsi Daging Babi

Jordi Onsu menjelaskan alasan tidak konsumsi daging babi sebagai pilihan pribadi, bukan larangan agama, dan pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama.

Bukan karena Agama, Ini Alasan Jordi Onsu Tak Konsumsi Daging Babi
Bukan karena Agama, Ini Alasan Jordi Onsu Tak Konsumsi Daging Babi. Gambar : Tangkapan Layar YouTube/Jordi Onsu

BaperaNews - Jordi Onsu menjelaskan alasannya tidak mengonsumsi daging babi bukan sepenuhnya karena alasan agama, melainkan preferensi pribadi. 

Meski telah terbiasa dengan pola makan tersebut sejak kecil, Jordi mengatakan bahwa prinsip tersebut lebih kepada kebiasaan hidup yang ia yakini tepat untuk dirinya, bukan semata-mata terkait agama. Hal ini diungkapkannya pada wawancara di YouTube pada 30 Agustus 2024.

Menurut Jordi, kebiasaan tidak mengonsumsi daging babi pertama kali diperkenalkan oleh ibunya. Ia mengaku bahwa keluarganya memiliki aturan khusus mengenai makanan yang dikonsumsi di rumah, terutama terkait daging babi.

Sejak kecil, ibunya sudah menanamkan nilai-nilai tersebut, hingga melarang penggunaan peralatan rumah tangga yang terpapar daging babi. 

"Di rumah, ayah saya tidak diperbolehkan makan makanan yang mengandung babi menggunakan peralatan rumah tangga. Jadi bisa dibayangkan kalau ayah saya mau makan, pakai kertas nasi, tidak bisa pakai piring," cerita Jordi mengenang ajaran ibunya.

Kebiasaan menghindari daging babi ini terus berlanjut hingga Jordi dewasa, bahkan saat bepergian ke luar negeri. Jordi mengatakan, ketika bepergian ia cenderung memilih makanan yang dirasanya lebih aman dan nyaman untuk dikonsumsi, seperti ayam atau makanan khas Indonesia.

Meski beberapa orang mengaitkan pilihan ini dengan keyakinannya, Jordi menegaskan bahwa hal tersebut murni preferensi pribadi, bukan karena larangan agama tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari, Jordi mengaku tetap memegang prinsip toleransi dalam beragama. Ia mengedepankan konsep "Lakum dinukum waliyadin," yang berarti "bagimu agamamu, dan bagiku agamaku."

Menurutnya, penting untuk menjaga toleransi tanpa menghakimi atau memaksakan pandangan agama kepada orang lain. 

"Lakum dinukum waliyadin adalah batas toleransi pertama. Baiknya diingatkan, tapi jangan sampai menghakimi," ujarnya.

Jordi juga menekankan bahwa ia menghargai kebebasan dan keyakinan masing-masing orang dalam beragama. Baginya, sikap toleransi adalah bentuk indah dari keberagaman, sehingga saling menghormati dan menghargai pilihan orang lain merupakan norma yang harus dijaga.

Ia menyadari bahwa sikap toleransi menjadi penting, terutama ketika melihat beberapa orang yang baru saja melakukan perubahan besar dalam hidup mereka justru memaksakan pandangan agama kepada orang lain. 

Baca Juga : Ruben Onsu Ulang Tahun, Sarwendah dan Jordi Onsu ke China Tanpa Anak-anak

Jordi berpendapat bahwa sikap seperti itu tidak bijaksana dan cenderung menimbulkan ketidaknyamanan.

Lebih lanjut, Jordi mengaku tertarik mempelajari agama-agama lain meski hanya pada tingkat dasar. Ia mengakses informasi keagamaan melalui media sosial, tetapi tidak merasa perlu untuk meminta persetujuan orang lain atas pilihannya.

"Mengapa kita mencari persetujuan di mata orang? Kami menunggu persetujuan dan pahala dari Tuhan," ucapnya.

Bagi Jordi, keyakinan agama adalah sesuatu yang personal dan bukan untuk konsumsi publik atau sekadar label sosial. Ketika ditanya mengenai pandangan orang lain terhadap dirinya, Jordi menanggapi dengan tenang dan tidak merasa perlu menjelaskan atau membuktikan keyakinannya kepada publik.

"Saya hidup dengan keyakinanku dan apa yang aku yakini. Keyakinanku bukan untuk media sosial," tegasnya.

Selain membahas kepercayaan pribadi, Jordi juga sering mendukung berbagai kegiatan keagamaan tanpa mengubah keyakinannya. Jordi mengatakan, orang-orang terdekatnya yang mengenalnya dengan baik sudah memahami kebiasaan dan sikapnya.

Bahkan, saat menghadiri acara-acara tertentu seperti syukuran, Jordi kerap membawa pengajian sebagai bentuk dukungan terhadap teman-temannya yang beragama Islam. 

Ia juga menceritakan kebiasaannya berbagi rezeki ke berbagai pihak tanpa membedakan latar belakang agama. Saat mendapatkan rezeki tambahan, ia berusaha membagikannya secara merata, baik ke panti asuhan, gereja, maupun kepada yang membutuhkan.

"Saya harap, Insya Allah bisa saya bagi rata. Jadi tiap ada rejeki tambahan, saya pasang di A, di B, di C, di D," tuturnya. 

Bagi Jordi, prinsip berbagi ini merupakan salah satu ajaran ayahnya yang selalu ia pegang teguh, yaitu bahwa kebaikan tidak boleh terbatas pada tempat tertentu.

Jordi juga mengingat pertemuannya dengan seorang pendeta yang pernah bercanda tentang kesalahpahaman sebagian orang tentang agama Kristen.

Sang pendeta menjelaskan bahwa dalam agama Kristen, minum wine diperbolehkan dan tidak ada larangan khusus seperti di agama lain, meski tetap ada prinsip moral yang dijaga. 

Menurut Jordi, agama Kristen juga memiliki aturan yang jelas dalam membimbing pemeluknya, seperti tidak berbohong, tidak bersikap munafik, dan tidak menyakiti orang lain.

Di akhir wawancaranya, Jordi mengungkapkan harapannya agar bisa terus memberikan manfaat bagi sesama tanpa memandang latar belakang agama. Baginya, prinsip keagamaan adalah tentang hubungan pribadi dan mendalam dengan Tuhan, bukan untuk dipamerkan ke publik.

"Saya berharap, apa pun yang saya dapat, bisa saya berikan kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa mengelompokkan orang berdasarkan agama apa," pungkasnya.

Baca Juga : Jordi Onsu: Beasiswa Betrand Peto Dipertimbangkan Kampus Imbas Isu Hoaks