Bocah SD di Medan Tewas Dianiaya Senior

Baca tentang kasus penganiayaan di SDN 13 Medan Kota, di mana seorang siswa kelas 1 tewas diduga akibat bullying oleh kakak kelasnya.

Bocah SD di Medan Tewas Dianiaya Senior
Bocah SD di Medan Tewas Dianiaya Senior. Gambar : Freepik

BaperaNews - Ibrahim Hamdi (8) siswa kelas 1 SDN 13 Medan Kota tewas diduga karena bullying dan penganiayaan oleh 5 orang kakak kelasnya pada hari Sabtu (27/6).

Ibu korban penganiayaan, Yusraini (37) bercerita, awalnya putranya tersebut mengeluh seluruh badannya terasa sakit karena dipukuli kakak kelasnya usai pulang sekolah. Yus pun mendatangi orang tua para pelaku namun dibantah.

“Tanggal 22 itu hari Kamis, anak saya pulang sekolah mampir ke tempat jualan saya di samping Masjid Al Mashun Medan, dia mengeluh dan ngadu sama saya katanya seluruh badannya sakit karena dipukuli kakak kelasnya” kata Yusraini pada Jumat (30/6).

Usai mengeluh seluruh badannya sakit, malam harinya Hamdi demam, Yus mengira itu hanya demam biasa, Hamdi pun dirawat di rumah selama 2 hari. Korban bocah SD tewas dianiaya bercerita ia hanya dipukuli 1 orang kakak kelasnya, tidak dikeroyok.

“Kamis malam demam 2 hari, enggak mau makan minum, biasanya kalau demam memang begitu” lanjutnya.

Hamdi bocah SD dianiaya senior pun dibawa ke tukang pijat langganannya karena demam tak kunjung sembuh dan bertambah sakit kepala. 

“Tukang pijatnya bilang ini badannya memar, tapi saya kok ga lihat badannya memar, sebelum dipijat saya mandiin juga nggak ada memar” sambungnya.

Baca Juga : Fakta Kasus Penganiayaan Bayi di Sidoarjo: Korban Dikurung di Kamar Mandi

Singkat cerita, setelah dipijat kondisi Hamdi membaik, namun di hari kelima setelah mengadukan ia dipukuli, Hamdi kembali mengeluh tubuhnya terasa sakit.

“Dia ngeluh lagi, badan saya sakit mak, saya bawalah ke RSU Madani, disana alatnya kurang lengkap ga bisa scanning, akhirnya dirujuk ke RSUD Pringadi jam 14.00 WIB, jam 19.30 WIB anak saya sudah nggak ada” ungkapnya.

Sejak mengadu ia dipukuli kakak kelasnya, sepanjang tidur Hamdi selalu mengigau dan tidak mau makan minum, korban bocah SD dianiaya senior juga sering ketakutan.

“Selama sakit itu dia sering ngigau, sakit 6 hari ga mau makan ga mau minum, kadang kalau saya paksa dia cuma mau minum” sambungnya.

Sebelum meninggal dunia, korban bocah SD tewas dianiaya sempat bercerita pada ibunya bahwa ia sebenarnya dipukuli oleh 5 orang kakak kelasnya, bukan 1 orang saja. Kelima pelaku penganiayaan ialah anak tetangga Yus sendiri yang juga bersekolah di tempat yang sama.

“Jadi sehari sebelum meninggal dunia itu saya bangun jam 4 pagi, anak saya bilang, mak mereka jahat sama saya, ada 5 orang, terus dia sebutkan namanya, itu mereka kelas 4 dan 5 SD” pungkas Yus.

Kini kasus bocah SD dianiaya senior ini ditangani oleh Polrestabes Medan, jenazah Hamdi diotopsi untuk mengetahui luka apa saja yang membuatnya demam hingga meninggal dunia.

“Kasus bocah SD tewas dianiaya ditangani Unit PPA Satreskrim Polrestabes Medan” tutur Kapolrestabes Medan Kota Kompol Selvitrianingsih.

Dari kasus bullying ini kita bisa belajar, sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan pemantauan dan tidak membela anak yang memang salah sehingga tidak terjadi lagi kasus bullying serupa di masa mendatang.

Baca Juga : 11 Orang Dilaporkan Ke Polisi Terkait Penganiayaan Siswa SMP Bandung