BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Ini Faktor Utamanya!

BMKG menjelaskan penyebab cuaca panas ekstrem di Indonesia, termasuk dampak gerak semu Matahari, minimnya awan, dan musim kemarau, dengan suhu mencapai 38,4°C di beberapa wilayah.

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Ini Faktor Utamanya!
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Ini Faktor Utamanya! Gambar : Dok. zoom.earth

BaperaNews - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab cuaca panas ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Fenomena ini menyebabkan suhu di sejumlah daerah mencapai hingga 38,4 derajat Celsius. 

Berdasarkan analisis BMKG, cuaca panas yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor alam, seperti gerak semu Matahari, minimnya tutupan awan, dan kondisi musim kemarau di wilayah selatan Indonesia.

Suhu Ekstrem Akibat Gerak Semu Matahari

Menurut BMKG, salah satu faktor utama yang menyebabkan cuaca panas adalah gerak semu Matahari.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa posisi Matahari saat ini berada di sekitar 8 hingga 9 derajat Lintang Selatan, yang membuat wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menerima sinar Matahari langsung dengan intensitas lebih tinggi, terutama pada siang hari.

"Panas yang terjadi merupakan siklus harian, dipengaruhi oleh gerak semu Matahari. Pada bulan Oktober, Matahari berada di selatan khatulistiwa, sehingga wilayah selatan Indonesia menerima lebih banyak sinar Matahari," jelas Guswanto (29/10).

Selain itu, wilayah selatan Indonesia seperti Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara masih dalam masa transisi dari musim kemarau menuju musim penghujan. Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan minimnya tutupan awan, sehingga suhu udara meningkat dan cuaca terasa lebih terik.

Minimnya Tutupan Awan dan Dominasi Cuaca Cerah

Kepala Pusat Meteorologi BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia di selatan khatulistiwa, seperti Jawa hingga Nusa Tenggara, didominasi cuaca cerah sepanjang Oktober.

Minimnya awan membuat sinar Matahari tidak terhalang, sehingga suhu udara pada siang hari terasa sangat panas.

"Kondisi ini menyebabkan sinar Matahari langsung mengenai permukaan Bumi tanpa hambatan, yang membuat suhu di siang hari terasa sangat terik," jelas Andri.

BMKG mencatat, kondisi cuaca panas ini masih akan berlangsung di beberapa wilayah seperti Lampung, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Daerah-daerah ini terus mengalami suhu terik pada siang hari, diikuti hujan pada sore atau malam hari.

Baca Juga : Matahari Tepat Lintasi Garis Khatulistiwa, Indonesia Hari ini Alami Fenomena Equinox

Suhu Panas Tertinggi di Larantuka

Salah satu daerah yang mengalami suhu tertinggi adalah Larantuka, Flores Timur, NTT, dengan suhu mencapai 38,4 derajat Celsius pada Senin (28/10).

BMKG juga memperingatkan bahwa suhu di wilayah lain seperti Majalengka, Semarang, dan Bima berpotensi mencapai lebih dari 37 derajat Celsius. Kondisi ini terus berlangsung dalam 24 jam terakhir dan masih dipantau oleh BMKG.

BMKG menegaskan, meskipun suhu tinggi ini tidak memengaruhi perubahan musim di Indonesia, fenomena cuaca panas tetap menjadi perhatian utama, terutama di wilayah selatan khatulistiwa yang berada di bawah pengaruh angin Muson Timur.

Imbauan BMKG kepada Masyarakat

Dalam menghadapi fenomena suhu panas ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan guna mengurangi dampak buruk yang bisa ditimbulkan.

Salah satu imbauan penting adalah untuk mengonsumsi air minum yang cukup guna mencegah dehidrasi, terutama saat beraktivitas di luar ruangan.

BMKG juga menyarankan masyarakat menggunakan pelindung diri seperti topi, payung, kacamata hitam, dan tabir surya untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet (UV). Langkah-langkah ini penting untuk mengurangi risiko kesehatan akibat cuaca panas ekstrem.

Potensi Kebakaran Akibat Cuaca Panas

BMKG mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengelola api di lahan terbuka, terutama di kawasan hutan dan tempat pembuangan sampah.

Cuaca panas ekstrem meningkatkan risiko kebakaran lahan, khususnya di wilayah dengan vegetasi kering akibat musim kemarau yang panjang.

Pemerintah daerah juga diharapkan mengambil tindakan pencegahan, seperti melakukan penyiraman darat di kawasan rawan kebakaran untuk mengurangi potensi kebakaran yang disebabkan oleh panas terik.

Fenomena Cuaca Panas dan Siklus Musim

BMKG menjelaskan bahwa fenomena cuaca panas yang terjadi saat ini adalah bagian dari siklus tahunan, terutama terkait perubahan musim.

Pada masa peralihan musim, sering kali terjadi pola cuaca di mana suhu terik mendominasi pada siang hari, disusul hujan pada sore atau malam hari.

Secara keseluruhan, meskipun fenomena suhu panas ini ekstrem, BMKG menegaskan bahwa kondisinya masih berada dalam batas wajar dan tidak berdampak signifikan pada perubahan musim di Indonesia.

Fenomena iklim ini diprediksi akan terus berlangsung hingga akhir Oktober, terutama di wilayah selatan khatulistiwa yang masih didominasi cuaca cerah dan minimnya tutupan awan.

Dengan memahami penyebab suhu panas ini, masyarakat diharapkan dapat lebih siap dalam menghadapi cuaca ekstrem yang mungkin berlanjut di masa mendatang.

Baca Juga : BMKG Deteksi Ada Badai Matahari di RI Pada 11-13 Oktober, Begini Dampaknya!