Alasan Tupperware Gulung Tikar, Minat Pembeli Kurang?

CEO Tupperware Miguel Fernandez memberikan alasan mengapa Tupperware memilih untuk gulung tikar.

Alasan Tupperware Gulung Tikar, Minat Pembeli Kurang?
Alasan Tupperware Gulung Tikar. Gambar : AP Photo/Dok. Richard Drew

BaperaNews - Tupperware berencana lakukan PHK massal pada karyawannya karena kondisi keuangan perusahaan yang terus memburuk. Saham perusahaan juga turun 90% dalam setahun terakhir. Hal tersebut yang menjadi alasan Tupperware gulung tikar.

Pada selasa (11/4), Tupperware menyatakan butuh dana tambahan untuk bisa bertahan. Selama ini Tupperware membuat produk plastik keperluan rumah tangga dan memasarkan dari agen-agen.

Alasan Tupperware gulung tikar yang lain ialah jumlah agen penjual kini berkurang drastis, termasuk minat pembeli. Hal ini karena muncul banyak produk serupa yang dijual dengan harga lebih murah.

Jika perusahaan tidak bisa mendapat pinjaman, satu-satunya cara untuk bisa menambah dana perusahaan ialah memangkas jumlah karyawan.

CEO Tupperware Miguel Fernandez menyebut selain opsi pemangkasan karyawan, pihaknya juga akan lakukan upaya penghematan uang yang potensial, atau memilih untuk Tupperware gulung tikar

“Perusahaan telah lakukan segala daya untuk kurangi dampak dari peristiwa ini, dan kami segera ambil tindakan untuk mencari biaya tambahan serta mengatasi masalah keuangan kami” tutur Miguel.

Baca Juga : Tupperware Dikabarkan Akan Gulung Tikar!

Tupperware telah berdiri selama 77 tahun, kini sedang diuji dengan tuntutan zaman, Produk Tupperware dianggap ketinggalan jaman, tidak menarik minat kaum muda.

Tupperware sempat berusaha untuk lepaskan citra tenarnya dan mulai berusaha menarik pelanggan muda dengan membuat desain produk yang lebih trendy dan kekinian, namun upaya tersebut belum berhasil selamatkan keuangan perusahaan.

Neil Saunders, Analis Ritel menyebut Tupperware memang mengalami banyak masalah belakangan ini, diantaranya penurunan penjualan, produk dianggap kolot atau kuno dan belum terhubung dengan pelanggan muda.

“Masalah yang merugikan mereka ialah penurunan tajam pada penjualannya, penurunan konsumen rumah tangga, dan merk mereka belum sepenuhnya terhubung dengan pembeli yang muda” kata Neil.

Neil mengatakan Tupperware dalam posisi genting keuangan dan berjuang untuk bisa menaikkan penjualan, aset perusahaan juga kecil sehingga tidak punya kapasitas banyak untuk kumpulkan uang.

“Dulunya perusahaan ini jadi sarang inovasi sebagai pencipta gadget dapur, tapi sekarang mereka benar-benar kehilangan keunggulannya” pungkas Neil.

Diketahui Tupperware dijual dengan harga yang lebih tinggi dari rata-rata produk serupa di pasaran, meski memang memiliki kualitas lebih bagus, seringkali pembeli hanya menginginkan harga terjangkau dan fungsi yang sesuai, di luar bagus atau tidak kualitasnya.

Maka ketika muncul produk-produk serupa dengan Tupperware dijual dengan harga jauh lebih murah, banyak pembeli beralih, ditambah adanya pandemi Covid-19 lalu yang membuat dunia dalam kondisi sulit.

Baca Juga : Diduga Picu Kanker, Johnson & Johnson Ajukan Bangkrut dan Bayar Denda Rp 133 T