Alasan Donald Trump Menolak Debat Kedua Lawan Kamala Harris

Inilah alasan Donald Trump menolak untuk mengikuti debat kedua melawan Kamala Harris menjelang Pemilihan Presiden AS 2024.

Alasan Donald Trump Menolak Debat Kedua Lawan Kamala Harris
Alasan Donald Trump Menolak Debat Kedua Lawan Kamala Harris. Gambar : Kolase Wikipedia

BaperaNews - Donald Trump menolak untuk mengikuti debat kedua melawan Kamala Harris menjelang Pemilihan Presiden AS 2024.

Pada Sabtu (21/9), Trump menyatakan bahwa debat tersebut sudah tidak relevan karena pemungutan suara awal sudah dimulai di beberapa negara bagian. 

Meskipun Harris dan tim kampanyenya berharap adanya debat kedua yang dijadwalkan pada 23 Oktober 2024, Trump menegaskan bahwa waktunya sudah terlambat.

Debat ini semestinya menjadi yang kedua setelah pertemuan pertama mereka pada 10 September 2024, yang menurut banyak pengamat dimenangkan oleh Kamala Harris.

Jen O'Malley Dillon, ketua tim kampanye Harris, mengatakan bahwa rakyat Amerika pantas mendapatkan kesempatan lain untuk melihat kedua kandidat berdiskusi sebelum memberikan suara. 

Harris sendiri mengungkapkan kesiapannya untuk berdebat lagi dengan Donald Trump, dan mengharapkan partisipasi mantan presiden tersebut dalam debat berikutnya.

Namun, dalam sebuah rapat umum di North Carolina pada hari yang sama, Trump menyatakan bahwa pemungutan suara awal yang telah berlangsung di beberapa negara bagian menjadi alasan utama dirinya menolak undangan debat kedua.

"Sudah terlambat, pemungutan suara sudah dimulai," kata Trump kepada para pendukungnya. Dia juga menyebut acara debat memiliki "nilai hiburan yang bagus", tetapi tetap pada keputusannya untuk tidak ikut serta.

Trump juga menyoroti sikap CNN, penyelenggara debat, sebagai salah satu alasan mengapa ia enggan berpartisipasi. Ia menyebut bahwa meskipun CNN bersikap "sangat adil" saat ia berdebat dengan Presiden Joe Biden pada Juni lalu, ia ragu stasiun tersebut akan bersikap adil lagi dalam debat melawan Harris.

Pada pemilu sebelumnya, Trump memenangkan North Carolina melawan Joe Biden, dan dalam pidatonya, dia berharap dapat mempertahankan dukungan di negara bagian tersebut.

Baca Juga : Dukung Kamala Harris, Donald Trump Ungkap Benci Taylor Swift

Kamala Harris, yang telah menggantikan Biden sebagai kandidat utama Partai Demokrat setelah penampilan buruk Biden dalam debat sebelumnya, diperkirakan akan memberikan tantangan yang lebih signifikan bagi Trump.

Dengan usia 59 tahun, Harris yang lebih muda dibandingkan Trump yang berusia 78 tahun, mencoba menggalang dukungan dari pemilih muda dan komunitas Afrika-Amerika, terutama di negara bagian yang menjadi medan pertempuran penting seperti North Carolina.

Sementara itu, beberapa negara bagian di AS sudah memulai pemungutan suara awal untuk Pilpres AS 2024. Pemungutan suara di negara-negara bagian ini dianggap sangat penting, karena hasil akhirnya kemungkinan besar akan diputuskan oleh tujuh negara bagian kunci, termasuk North Carolina. 

Pada Sabtu (21/09), Trump berbicara di hadapan ribuan pendukung di Wilmington, North Carolina, dari balik kaca antipeluru, setelah sebelumnya terjadi upaya pembunuhan terhadap dirinya.

Trump telah menjadi sasaran dua percobaan pembunuhan dalam beberapa bulan terakhir. Pada Minggu (15/9), seorang pria bersenjata ditemukan di lapangan golf miliknya di Florida dengan rencana untuk mencelakai mantan presiden tersebut.

Upaya tersebut berhasil digagalkan oleh agen keamanan. Sebelumnya, pada Juli 2024, Trump ditembak di telinga saat berbicara di rapat umum di Butler, Pennsylvania, oleh seorang pria yang melepaskan tembakan dari atap gedung terdekat.

Dinas Rahasia AS, yang bertugas melindungi mantan presiden tersebut, mengakui adanya “kekurangan” dalam langkah-langkah keamanan pada insiden-insiden tersebut.

Mereka menganggap ini sebagai pelanggaran keamanan yang mengejutkan, namun berjanji untuk memperketat pengamanan terhadap Trump selama masa kampanye yang tersisa.

Pidato Trump pada rapat umum di North Carolina juga memperkuat retorika anti-imigrannya, yang selama ini menjadi salah satu tema utama dalam kampanyenya. Dia menuding, secara keliru, bahwa para imigran sedang "menyerang desa-desa dan kota-kota di seluruh Midwest".

Retorika semacam ini telah menjadi pusat kampanye Trump sejak Pilpres AS 2020, di mana ia mengandalkan dukungan dari pemilih kulit putih dan kaum konservatif.

Baca Juga : Donald Trump Kembali Jadi Target Penembakan di Florida, Kini Pelaku Ditangkap