Siswa Tanya Soal Alasan Gagal SNBP, Guru di Lamongan Malah Gebrak Meja

Siswa MAN 1 Lamongan gagal daftar SNBP akibat kendala e-Rapor. Insiden guru menggebrak meja saat protes siswa viral, sekolah berjanji evaluasi sistem.

Siswa Tanya Soal Alasan Gagal SNBP, Guru di Lamongan Malah Gebrak Meja
Siswa Tanya Soal Alasan Gagal SNBP, Guru di Lamongan Malah Gebrak Meja. Gambar : Tangkapan Layar Instagram/@folkshitt

BaperaNews - Sejumlah siswa di MAN 1 Lamongan mempertanyakan alasan mereka gagal mendaftar Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). 

Namun, upaya mereka mendapatkan penjelasan berujung pada insiden seorang guru menggebrak meja di ruang kelas. Video kejadian tersebut viral di media sosial dan menuai beragam reaksi.

Dalam rekaman berdurasi 25 detik yang beredar, tampak seorang guru berbicara dengan nada tinggi kepada siswa, disertai suara tangisan beberapa murid.

Peristiwa ini terjadi pada 31 Januari 2025, saat siswa mempertanyakan status mereka yang tidak terdaftar sebagai peserta SNBP.

Sebanyak 22 siswa di MAN 1 Lamongan mengalami kendala karena nilai mereka tidak terbaca dalam sistem e-Rapor. Akibatnya, mereka tidak masuk dalam daftar siswa eligible untuk mengikuti SNBP, meskipun telah memenuhi syarat akademik.

Situasi ini memicu protes dari siswa dan orang tua mereka, yang kemudian mendatangi sekolah pada 3 Februari 2025 untuk meminta kejelasan.

Menanggapi viralnya insiden tersebut, Kepala MAN 1 Lamongan, Nur Endah Mahmudah, memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa masalah ini terjadi karena sistem e-Rapor yang digunakan sekolah terhubung langsung dengan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin).

Dalam proses input data, terjadi kendala yang mengakibatkan nilai 22 siswa tidak terbaca, sehingga mereka tidak bisa mengikuti SNBP.

Endah menegaskan bahwa pihak sekolah akan melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Baca Juga : Ratusan Pelajar SMAN di Mempawah Demo Usai Terancam Tak Bisa Ikut SNBP 2025 Gegara Sekolah Lalai Isi PPDS

Ia juga menyatakan bahwa siswa yang terdampak masih memiliki jalur alternatif untuk masuk perguruan tinggi, seperti SPAN PTKIN atau jalur mandiri.

"Kami memahami kekecewaan siswa dan orang tua, tetapi ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada banyak peluang lain yang bisa mereka tempuh," ujar Endah pada 4 Februari 2025.

Terkait dengan insiden guru yang menggebrak meja, Endah menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena adanya kesalahpahaman dalam komunikasi antara guru dan siswa.

Ia menyayangkan kejadian tersebut dan menyatakan bahwa pihak sekolah telah melakukan pendekatan kepada siswa serta wali murid untuk menyelesaikan permasalahan ini secara internal.

Sebagai langkah solusi, sekolah sedang mengupayakan agar data siswa yang tidak terbaca bisa diperbaiki.

Namun, Endah menambahkan bahwa kuota jalur manual hanya mencakup 40 persen dari total penerimaan, lebih kecil dibandingkan dengan jalur e-Rapor yang mencapai 45 persen. Meskipun demikian, ini tetap memberikan harapan bagi siswa yang terdampak.

"Status eligible tidak menjamin masuk PTN, tetapi memberikan hak untuk mendaftar. Siswa tetap harus bersaing di tingkat nasional sesuai dengan pilihan kampusnya," tambahnya.

Pada pertemuan yang digelar pada 3 Februari 2025, pihak sekolah telah menjelaskan situasi ini kepada wali murid.

Menurut Endah, seluruh wali murid dari 22 siswa yang terdampak kini telah memahami kondisi yang terjadi. Mereka juga sepakat untuk terus berkoordinasi dengan pihak sekolah dalam mencari solusi terbaik.

"Kami sudah mencapai kesepahaman. Semua pihak, baik wali murid, siswa, maupun sekolah, berkomitmen untuk saling memperbaiki dan mengevaluasi demi kebaikan bersama," ungkapnya.

Baca Juga : Resmi Dibuka, Ini Cara Daftar SNBP 2025!