10 Sisi Gelap Kerja di Pelayaran, Jam Kerja yang Tidak Menentu dan Panjang

Kerja di pelayaran menawarkan gaji besar, tetapi memiliki sisi gelap seperti jam kerja panjang, tekanan sosial, dan ketidakjelasan hak pekerja. Simak faktanya di sini.

10 Sisi Gelap Kerja di Pelayaran, Jam Kerja yang Tidak Menentu dan Panjang
10 Sisi Gelap Kerja di Pelayaran, Jam Kerja yang Tidak Menentu dan Panjang. Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai

BaperaNews - Pekerjaan di pelayaran memang terlihat menggiurkan, terutama dengan tawaran gaji besar dan kesempatan menjelajah dunia. Bagi banyak orang, terutama yang tinggal di daerah pesisir, bekerja di atas kapal menjadi impian, apalagi dengan prospek gaji dolar yang jauh lebih tinggi dibandingkan pekerjaan di darat.

Tak heran jika banyak orang tertarik mencoba bekerja di kapal penumpang atau kapal kargo.

Namun, sisi gelap pekerjaan di pelayaran sering kali luput dari perhatian. Meski tampak glamor, pekerjaan ini memiliki berbagai tantangan berat yang mungkin tak terbayangkan.

Dari jam kerja panjang tanpa hari libur, tekanan mental, hingga ketidakpastian hak-hak pekerja, menjadi bagian dari dunia pelayaran ternyata tidaklah mudah.

Berikut adalah 10 sisi gelap kerja di pelayaran yang sebaiknya diketahui sebelum terjun ke dunia ini.

1. Jam Kerja yang Tidak Menentu dan Panjang

Jam Kerja yang Tidak Menentu dan PanjangGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Di darat, jam kerja biasanya mengikuti standar, misalnya delapan jam per hari dan libur di akhir pekan. Namun, bagi pekerja kapal, jam kerja yang panjang dan tidak menentu menjadi bagian dari keseharian.

Kru kapal sering kali bekerja lebih dari 10 jam sehari, bahkan bisa mencapai 12–13 jam, terutama saat acara tertentu seperti Tahun Baru atau perayaan besar di kapal pesiar.

Jam kerja yang tidak teratur ini berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental. Kelelahan ekstrem, kurang tidur, dan stres menjadi masalah umum yang dihadapi para pekerja kapal.

Ketika mereka jarang mendapat waktu istirahat, ketahanan tubuh pun menurun, yang pada akhirnya memengaruhi produktivitas serta kualitas kerja mereka.

2. Drama dan Tekanan Sosial Antar-Kru

Drama dan Tekanan Sosial Antar-KruGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Bekerja di lingkungan terbatas seperti kapal membuat kru harus tinggal dan berinteraksi dengan orang yang sama dalam waktu lama. Kedekatan ini sering kali menciptakan ketegangan dan drama di antara mereka.

Persaingan, gosip, dan intrik antar-kru tidak terhindarkan, apalagi ketika ada persaingan untuk mendapatkan perhatian atau posisi lebih baik di mata atasan.

Tekanan sosial ini memicu ketidaknyamanan dalam bekerja. Setiap kesalahan kecil bisa menjadi bahan pergunjingan, membuat suasana kerja di kapal penuh tekanan.

Bagi pekerja baru, beradaptasi dengan suasana penuh intrik ini bisa menjadi tantangan tersendiri.

3. Risiko Pencurian Barang Pribadi dan Uang

Risiko Pencurian Barang Pribadi dan UangGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Selain masalah sosial, pencurian juga menjadi masalah besar di atas kapal. Gaji kru yang besar dalam bentuk dolar sering menjadi sasaran pencurian. Banyak kru yang mengeluhkan kehilangan uang atau barang berharga yang mereka bawa ke kapal.

Untuk meminimalisir risiko ini, beberapa perusahaan pelayaran kini beralih ke sistem pembayaran non-tunai, seperti kartu khusus yang disebut ocean pay.

Sistem ini membantu kru menyimpan uang dengan lebih aman, namun risiko pencurian barang pribadi tetap ada. Keadaan ini menuntut pekerja kapal untuk selalu waspada dan menyimpan barang berharga dengan baik.

4. Pengaruh Lingkungan Kerja pada Kesehatan Mental dan Fisik

Pengaruh Lingkungan Kerja pada Kesehatan Mental dan FisikGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Lingkungan kerja yang keras dan serba terbatas di atas kapal berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Terus-menerus berada di tengah laut, jauh dari fasilitas kesehatan memadai, membuat kru lebih rentan terhadap kelelahan kronis, nyeri otot, dan stres.

Karena fasilitas medis di kapal terbatas, para kru sering kali hanya bisa mengandalkan kotak P3K atau perawatan dasar yang tersedia.

Dalam kondisi tertentu, jika pekerja mengalami sakit parah, mereka harus menunggu hingga kapal berlabuh atau bahkan pulang darurat untuk mendapatkan perawatan medis. Situasi ini menambah beban mental bagi pekerja, terutama bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan sebelumnya.

5. Ketidakpastian Jadwal dan Zona Waktu Berbeda

Ketidakpastian Jadwal dan Zona Waktu BerbedaGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Perbedaan zona waktu menjadi tantangan bagi pekerja kapal. Bekerja di laut membuat jadwal mereka tidak menentu, sehingga sulit untuk menetapkan waktu yang tepat untuk menghubungi keluarga di rumah. Ketika kapal berada di zona waktu berbeda, waktu siang di luar negeri bisa menjadi tengah malam di Indonesia.

Kondisi ini menyulitkan keluarga untuk berkabar secara teratur. Dalam beberapa kasus, sinyal juga sering hilang saat kapal berlayar di tengah lautan, sehingga komunikasi dengan keluarga dan teman semakin terbatas dan tertunda.

6. Sikap Gengsi dalam Lingkup Pergaulan

 Sikap Gengsi dalam Lingkup PergaulanGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Lingkungan kerja di kapal mendorong gaya hidup konsumtif di kalangan kru. Tekanan untuk mempertahankan gengsi sering terlihat dari kompetisi antar-kru dalam hal kepemilikan barang-barang mewah, seperti smartphone terbaru atau aksesori mahal.

Persaingan ini mempengaruhi keuangan kru kapal, terutama bagi mereka yang belum terbiasa mengatur pengeluaran.

Mereka yang tidak mampu mengendalikan diri dalam lingkaran sosial ini sering kali menghabiskan uang gaji yang dikumpulkan dengan susah payah untuk memenuhi tuntutan gaya hidup, membuat tabungan sulit terkumpul dan menghambat pencapaian tujuan finansial jangka panjang.

7. Kesulitan dalam Mengakses Layanan Medis

Kesulitan dalam Mengakses Layanan MedisGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Dengan keterbatasan fasilitas kesehatan di atas kapal, para kru harus siap menghadapi risiko kesehatan tanpa bantuan yang memadai.

Ketika terjadi sakit parah atau cedera, kru hanya bisa bergantung pada obat-obatan dasar di kotak P3K. Jika penyakit yang diderita serius, mereka mungkin harus menunggu hingga tiba di pelabuhan atau mendapatkan izin darurat untuk pulang.

Kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan bagi kru, terutama ketika mereka mengalami gangguan kesehatan yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

8. Sistem Pengupahan yang Tidak Transparan

Sistem Pengupahan yang Tidak TransparanGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Salah satu masalah utama yang dihadapi pekerja kapal adalah ketidakjelasan dalam sistem penggajian. Potongan gaji yang tidak jelas, pembayaran yang terlambat, atau penghitungan yang kurang transparan sering kali menjadi keluhan di kalangan kru.

Pekerja merasa bahwa mereka tidak dihargai karena gaji yang diterima tidak sesuai dengan kerja keras selama berbulan-bulan di tengah laut.

Ketidakpastian dalam sistem penggajian ini membuat banyak kru kecewa dan bahkan mencari bantuan dari organisasi yang memperjuangkan hak-hak pekerja untuk mendapatkan keadilan.

9. Kerentanan Terhadap Eksploitasi oleh Calo Perekrutan

Kerentanan Terhadap Eksploitasi oleh Calo PerekrutanGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Sebelum bekerja di kapal, banyak calon pekerja yang direkrut melalui calo. Calo sering kali menawarkan iming-iming gaji besar dan janji kerja nyaman, namun kenyataannya kondisi yang diterima pekerja jauh dari harapan.

Calo biasanya memotong sebagian gaji pekerja atau menuntut biaya perekrutan yang tinggi.

Masalah ini membuat banyak pekerja kapal berada dalam posisi yang rentan, tanpa kontrak kerja yang jelas, dan tidak ada jaminan hak-hak mereka akan dipenuhi.

Jika mereka menghadapi masalah, mereka sering kesulitan menemukan tempat untuk mengadu dan mendapatkan perlindungan.

10. Kurangnya Perlindungan Hukum dan Pengawasan

Kurangnya Perlindungan Hukum dan PengawasanGambar : BaperaNews/Achmad Rifai

Sisi gelap kerja di pelayaran semakin rumit dengan minimnya pengawasan terkait hak-hak pekerja kapal. Meski ada peraturan untuk melindungi hak pekerja, implementasinya masih sangat lemah.

Pengawasan yang tidak konsisten menyebabkan banyak masalah ketenagakerjaan di kapal tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik.

Kendala utama dalam pengawasan adalah keterbatasan sumber daya dan minimnya koordinasi antarinstansi yang berwenang. Situasi ini membuat pekerja kapal sering kali tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya dijamin oleh hukum.

Kesimpulan

Meskipun pekerjaan di pelayaran memberikan kesempatan untuk mendapatkan gaji besar dan keliling dunia, ada banyak sisi gelap yang sering kali terlupakan.

Dari jam kerja panjang, tekanan sosial, hingga risiko kesehatan dan keamanan, pekerjaan ini tidak semudah yang terlihat dari luar. Bagi siapa pun yang tertarik untuk terjun ke dunia pelayaran, penting untuk memahami realitas ini dan mempertimbangkan semua tantangan yang ada.

Memahami sisi gelap kerja di pelayaran membantu calon pekerja lebih siap secara mental dan fisik sebelum memutuskan. Bagikan artikel ini kepada teman-teman yang mungkin tertarik bekerja di kapal agar mereka juga mendapatkan gambaran yang lebih realistis tentang dunia pelayaran!