Krisis Utang, Pendiri Perusahaan Raksasa Evergrande Akan Lepas Saham Untuk Pertama Kalinya
Untuk pertama kalinya, pendiri Evergrande akan melepas saham karena alami krisis utang. Bahkan diketahui, pendiri perusahaan ini harus membayar dari uang pribadinya
BaperaNews - Group Hui Ka Yan yang merupakan pendiri China Evergrande menjual saham di developer raksasa untuk pertama kalinya sejak go public pada 2009. kepemilikan sahamnya di perusahaan senilai US$344 juta atau setara dengan Rp4,93 triliun (kurs Rp14.357 per dolar AS). Nilai penjualan ini berasal dari pelepasan 1,2 miliar saham dengan harga rata-rata 2,23 dolar Hong Kong atau Rp4.105 per saham (kurs Rp1.841 per dolar Hong Kong).
Dilansir dari Reuters pada Jumat (26/11), porsi kepemilikan saham bos Evergrande ini turun dari 77 persen menjadi 67,9 persen. Penjualan saham juga dilakukan di tengah krisis utang perusahaan.
Secara keseluruhan, utang perusahaan properti raksasa di Negeri Tirai Bambu mencapai US$300 miliar atau Rp4.307 triliun. Hui sendiri sampai menggunakan kekayaan pribadinya untuk membayar utang perusahaan yang sudah jatuh tempo, baik dari pokok maupun kupon obligasi.
Tak cuma melepas saham, kabarnya Hui juga menggunakan kekayaannya yang berupa aset lain seperti kaligrafi, karya seni, hingga tiga rumah mewah. Sementara kewajiban pembayaran kupon obligasi perusahaan hari ke hari akan terus bertambah. Terbarunya, perusahaan harus membayar kupon obligasi mencapai US$2,5 juta atau setara dengan Rp1.184,45 triliun.
Namun, perusahaan yang gagal membayar hutangnya di masa jatuh tempo pada 6 November lalu. Alhasil, saat ini kewajiban pembayaran kupon masuk masa tenggang selama 30 hari sampai dengan 6 Desember 2016.
Tak hanya krisis utang yang membuat harga saham Evegrande terus merosot dari hari ke hari., tepat sebelum pengajuan penjualan saham oleh Hui, harga saham Evergrande turun sebanyak 10,4 persen ke 2,5 dolar Hong Kong atau setara dengan Rp4.602 per saham.
Evergrande, yang memiliki bisnis dari kendaraan listrik hingga air minum kemasan, menjual aset untuk mengumpulkan uang karena regulator menekan pengaruh di industri properti. Perusahaan sepakat pada pekan lalu untuk melepas seluruh sisa sahamnya di bisnis Internet Hang Ten Networks Group. Stadion sepak bolanya pun telah diambil alih oleh badan pemerintah dengan maksud untuk menjualnya, tulis Reuters pada Jumat (26/11) yang dikutip Bloomberg.