Kesulitan Dapat Pembeli, Pedagang Tanah Abang Mengaku Sedang Babak Belur

Pedagang di Pasar Tanah Abang menghadapi tantangan serius dengan popularitas belanja online.

Kesulitan Dapat Pembeli, Pedagang Tanah Abang Mengaku Sedang Babak Belur
Kesulitan Dapat Pembeli, Pedagang Tanah Abang Mengaku Sedang Babak Belur. Gambar : Kompas.com/Dok. Joy Andre T

BaperaNews - Teknologi digital telah diterapkan di semua aspek kehidupan, termasuk kegiatan jual beli. Penjual dan pembeli kini tak lagi harus bertemu secara langsung untuk bertransaksi, melainkan lebih banyak via online dengan platform belanja atau media sosial.

Adanya sejumlah promosi seperti diskon live hingga gratis biaya pengiriman serta bisa menjangkau lebih banyak produk menjadi alasan banyaknya pembeli yang beralih ke toko online. Hal ini membuat pasar tradisional menjadi sepi pembeli karena tidak semua penjual siap dengan perubahan ini.

Pedagang Tanah Abang menjadi salah satu contohnya, pasar Tanah Abang sepi pembeli. Salah satu pedagang bernama Edi (40) menyebut kini pedagang sedang menghadapi masalah serius, sangat sulit menjual dagangannya karena kondisi yang sangat sepi pembeli. Lorong-lorong di pasar lengang, hampir tidak ada pembeli datang.

“Semoga kembalilah seperti dulu, orang-orang balik belanja langsung ke pasar lagi, itu saja,” kata Edi hari Jumat (15/9).

Pasar Tanah Abang sepi pembeli menurut Edi ialah bukti bahwa pedagang Tanah Abang sedang babak belur, kalah dengan penjual online. Edi mengakui barang dagangannya lebih mahal karena memang ada kualitas. Berbeda dengan barang online yang mungkin lebih murah tetapi menurutnya kualitas tidak terjamin.

Baca Juga : Bantuan Tunai 1.2 Juta Bagi Pedagang Kaki Lima Diumumkan Presiden Jokowi Di Malioboro

“Kalau persaingan sih sehat tapi saat ini kami memang kalah. Karena rata-rata disini barangnya punya kualitas makanya harganya juga tinggi. Semoga pemerintah ada regulasi untuk pedagang online gimana caranya biar seimbang, yang online jalan, yang offline kaya kita juga jalan,” imbuhnya.

Sebab lain pasar Tanah Abang sepi pembeli menurut Edi ialah karena harga sewa kios yang cukup mahal. Pedagang Tanah Abang terpaksa menjual barang dagangannya dengan harga tinggi karena harus bisa menutup harga sewa kios.

Sementara itu, penjual online bisa menjual murah karena tidak ada beban sewa kios, bahkan bisa memotong beban biaya karyawan sehingga lebih mudah berjualan dan tidak banyak pengeluaran.

"Kami enggak menjelekkan online juga, ini kan kenyataan. Buat pemerintah semoga dipantau masa pusat grosir terbesar se Asia Tenggara sepi seperti kuburan,” pungkas Edi.

Pasar Tanah Abang sepi pembeli karena adanya perubahan cara belanja yang dilakukan masyarakat di mana fenomena ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Solusi yang dirasa terbaik adalah memberi pelatihan digitalisasi pada pedagang Tanah Abang agar bisa membantu meningkatkan penjualan.

“Yang pertama itu karena ini bagian dari perubahan cara konsumen dalam membeli sesuatu. Di sini sudah ada online dan lainnya dan itu harus dicermati. Fenomena ini tidak hanya disini aja kok di luar negeri juga masyarakat membeli dengan konsep online,” tandas Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi.

Baca Juga : Toko Gunung Agung Cuci Gudang Jelang Penutupan, Pengunjung Membeludak