Ingin Turunkan Berat Badan, Wanita ini Nekat Minum Pil Isi Telur Cacing Pita
Seorang wanita nekat menelan pil yang berisi telur cacing pita hanya untuk menurunkan berat badan. Simak selengkapnya disini!
BaperaNews - Seorang wanita berinisial TE (21) nekat menelan pil yang berisi telur cacing pita untuk menurunkan berat badan.
Kasus ini diungkap oleh seorang dokter onkologi di Amerika Serikat, Dr. Bernard Hsu, yang menjelaskan bahwa praktik menelan pil ini sedang tren di dark web dan dijual sebagai solusi cepat untuk menurunkan berat badan.
Pil tersebut didapatkan TE melalui pembelian dengan mata uang kripto setelah melihat iklan di media sosial. Meski cacing pita merupakan parasit yang berbahaya, wanita tersebut tergiur oleh klaim testimoni yang menjanjikan penurunan berat badan secara instan.
Dr. Hsu menjelaskan bahwa tindakan ini berisiko tinggi dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut keterangan Dr. Hsu dalam siaran di YouTube, TE sebelumnya telah mencoba berbagai cara untuk menurunkan berat badan, mulai dari diet hingga olahraga, namun gagal mencapai hasil yang diinginkan.
Setelah melihat iklan pengobatan kontroversial tersebut, ia tergoda untuk mencobanya dan segera membeli dua pil yang berisi telur cacing pita. Pil ini dijual dengan harga cukup mahal di platform gelap.
Setelah menelan pil tersebut, TE mulai merasakan beberapa gejala aneh, seperti kram dan perut kembung. Namun, ia mengabaikan tanda-tanda tersebut karena merasa senang dengan penurunan berat badan yang cepat.
Gejala tersebut semakin memburuk ketika TE merasa ada sesuatu yang bergerak di dalam tubuhnya, terutama saat buang air besar.
Dr. Hsu menyebutkan bahwa TE melihat potongan persegi panjang berwarna cokelat yang mengambang di toilet setelah buang air besar, namun ia masih mengira bahwa itu adalah lemak yang keluar dari tubuhnya.
Gejala lain yang lebih serius mulai muncul ketika TE merasakan benjolan di bawah dagunya. Ketika menekan benjolan tersebut, ia sempat tak sadarkan diri. Benjolan itu ternyata adalah kumpulan telur cacing pita yang sudah berkembang biak di dalam tubuhnya.
Selain itu, TE juga mengalami sakit kepala hebat yang berlangsung selama beberapa hari, serta tekanan di bagian kepala yang menyebabkan dirinya sering terbangun di tengah malam.
Meskipun mengalami berbagai gejala yang mengkhawatirkan, TE tidak memberi tahu dokter tentang diet pil telur cacing pita yang ia jalani ketika pertama kali memeriksakan diri ke rumah sakit.
Baca Juga : Diduga Bisa Menurunkan Berat Badan, Wanita Di China Kehilangan 1/2 Ginjal Usai Pijat
Dokter hanya mengobati perutnya yang bengkak dan memulangkannya tanpa diagnosis yang jelas, karena hasil tes gula darah dan infeksi bakteri tidak menunjukkan hasil yang signifikan.
Gejala yang dialami TE tidak berhenti di situ. Ia kembali mengalami sakit kepala parah, yang kali ini disertai dengan gejala baru yang lebih menakutkan.
Kondisi ini akhirnya membuat TE kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan. Dokter yang menangani TE kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan otak setelah melihat kondisinya yang semakin memburuk.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat banyak lesi di otaknya. Tidak hanya itu, lesi juga ditemukan di beberapa organ lain, termasuk di lidah dan livernya.
Setelah melihat hasil pemeriksaan tersebut, TE akhirnya mengaku bahwa ia telah mengonsumsi pil yang berisi telur cacing pita sebagai bagian dari diet ekstrem yang ia jalani.
Dokter menemukan bahwa TE telah menelan dua spesies parasit yang berbeda, yaitu Taenia saginata (cacing pita sapi) dan Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita sapi sesuai dengan deskripsi potongan cokelat yang ditemukan TE di toilet setelah buang air besar.
Sementara itu, cacing pita babi diketahui dapat keluar dari saluran pencernaan dan melepaskan telur ke dalam aliran darah, yang kemudian menyebar ke berbagai jaringan tubuh, termasuk otak.
Proses ini dikenal sebagai sistiserkosis, di mana telur cacing pita membentuk gumpalan di jaringan tubuh. Pada beberapa orang, sistiserkosis dapat menjadi kondisi yang tidak berbahaya, namun bagi sebagian lainnya, seperti TE, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius, tergantung di mana telur tersebut berkembang.
Setelah TE mengungkapkan pola diet berbahayanya, dokter segera memberikan pengobatan untuk mengatasi infeksi cacing pita di tubuhnya.
TE menerima obat yang bertujuan untuk melumpuhkan cacing pita dan membuatnya kelaparan, sehingga tubuh TE dapat mengeluarkan organisme parasit tersebut secara alami.
Selain itu, ia juga diberikan steroid untuk meredakan peradangan yang terjadi di otaknya akibat infeksi cacing pita.
Setelah menjalani perawatan intensif selama tiga minggu di rumah sakit, TE akhirnya dinyatakan bebas dari cacing pita dan diperbolehkan pulang.
Dr. Hsu menyarankan bahwa penurunan berat badan yang sehat dapat dicapai melalui diet dan olahraga tanpa risiko yang membahayakan tubuh seperti penggunaan parasit untuk menurunkan berat badan.
"Pada manusia yang berbadan sehat, penurunan berat badan dengan diet dan olahraga dapat dilakukan secara fisik, dan itu memiliki risiko yang jauh lebih kecil daripada membiarkan organisme tambahan secara sengaja hidup di dalam tubuh Anda," kata Dr. Hsu dalam penutupannya.
Baca Juga : YouTuber Nikocado Avocado Bikin Syok, Mampu Turun Berat Badan 100 Kg Lebih selama Beberapa Bulan