Fahd A Rafiq: Jika Indonesia Kena Resesi, Kita Harus Cepat Antisipasi
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyampaikan bahwa apabila Indonesia terkenan resesi ekonomi, maka harus segera megantisipasi dampak buruknya.
Ahmad Sofyan (Kontributor) - Dunia diprediksi akan terkena resesi pada tahun 2022, sebab banyak negara dalam 2 kuartal mengalami pertumbuhan yang negatif, dimana apabila dalam 2 kuartal suatu negara mengalami pertumbuhan negatif, maka dikatakan masuk ke dalam resesi.
Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan merupakan kondisi sebuah produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuarta atau kurang lebih dalam satu tahun.
Resesi juga dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
“Kontraksi resesi kali ini tidak sering terjadi dalam kehidupan berekonomi, apakah ini kontraksi seperti great depression peristiwa 100 tahunan? Menurut saya tidak. Karena sepertinya ada hal yang diluar kalkulasi normal akan terjadi pada beberapa bidang saja,” ujar Fahd A Rafiq.
Ia menjelaskan apabila resesi 2 kuartal menurun lalu dilanjutkan dengan 4 kuartal, hal tersebut masuk ke dalam krisis ekonomi. Sebab, jika dalam 1 tahun bernilai negatif, kemudian terus berlanjut sampai 2-3 tahun, maka terjadilah depresi ekonomi, dan bisa menjadi great depression.
“Yang dipukul karena mau dikuasai itulah analisa sementara. Resesi kalau 2 kuartal turun dilanjutkan dengan 4 kuartal ini masuk krisis ekonomi, karena 1 tahun minus, lalu kalau terus berlanjut menjadi depresi ekonomi jika berlanjut terus menjadi 2- 3 tahun kemudian, itu bisa menjadi great depression,” lanjutnya.
Baca Juga : Fahd A Rafiq: Kita Harus Bergandengan Tangan Membangun Kekuatan Ekonomi Bersama
Perlu diketahui, resesi saat ini kemungkinan tidak termasuk dalam kategori 100 tahunan, namun hal tersebut bisa menjadi kategori krisis ekonomi sampai akhir.
“Karena belum bergerak naik, banyak ekonom Indonesia terus memberikan spirit, maka dari itu, kita harus tetap optimis,” pungkas Fahd A Rafiq.
Fahd A Rafiq memberikan sebuah contoh, “ada sebuah jam tangan mewah yang pasarnya hanya 0,1 % populasi manusia ini tidak kenal kata Resesi, Depresi dan Great Depression. Karena mereka tidak kenal dan gak mati itu uangnya 7 turunan 6 tanjakan 5 tikungan uangnya gak akan habis karena sistem bisnisnya sudah mengakar. Dari manusia Indonesia yang omzet bisnis penjualan per tahunnya diatas 50 Triliun rupiah”.
“Yang mengejutkan adalah top 0,1 % manusia Indonesia, selama pandemi ini tidak belanja atau mengurangi belanjanya untuk pertama kalinya dalam 30 tahun dirinya berbisnis. Bisnisnya drop turun, lalu dimana 2 resesi yang lalu bisnisnya tetap tumbuh di masa normal? Tumbuhnya stabil 15% an per tahun. Selama 30 tahun kecuali kali ini. Inilah mengapa saya mengatakan kontraksi ekonomi kali ini beda!” tegasnya.
Fahd A Rafiq menambahkan, “yang terjadi jika negara mengalami resesi adalah Investor menahan uang untuk masuk ke bisnis baru pasar, membelanjakan uangnya hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan”.
“Pertama yang terbanyak sebagian mungkin untuk kebutuhan, kedua, belanja kebutuhan, ketiga itu jauh berkurang. Perkiraan kita akan resesi di Indonesia yang kwartal kemarin. Minus kurang lebih 4 persen dan paling hebat naiknya 2,3 persen alias masih minus 2. Ekonomi Indonesia di kuartal berikutnya masuk resesi mungkin di bulan November. Padahal kuartal ke 3 itu selesainya September, maka dari itu kita harus segera megantisipasni khususnya dampak terburuk jika Indonesia terkena resesi ekonomi,” tutup Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Fahd A Rafiq: Indonesia Hari Ini Harus Belajar Dari Negara Afrika
Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)