Bocah SD di Bekasi Alami Bullying Tragis Berujung Amputasi Kaki
Kisah F, bocah SD di Bekasi, dari perundungan hingga amputasi kaki. Simak kronologinya di sini!
Bapera News - Dalam sebuah insiden memilukan yang terjadi di Kabupaten Bekasi, bocah SD berinisial F (12) mengalami perundungan atau bullying yang berujung pada amputasi kaki. Peristiwa ini berawal di bulan Februari 2023 saat F, yang sedang menempuh pendidikan di kelas 6 SD, menjadi sasaran kekerasan fisik dari beberapa teman sebayanya yang mengakibatkan luka serius pada kaki.
Diana Novita, ibu F, mengungkapkan pada tanggal 31 Oktober 2023 bahwa kondisi ini kemudian berkembang menjadi kanker tulang, yang menuntut putranya menjalani prosedur amputasi pada bulan Agustus.
Sementara itu, di SDN Jatimulya 09, Bekasi, wali kelas mengungkapkan pandangannya terkait insiden yang menimpa F. Menurut Sukaemah, wali kelas tersebut, tidak ada laporan perundungan yang diterimanya dari Fatir Arya Adinata, murid yang diduga menjadi korban.
Sukaemah berpendapat bahwa kejadian yang menimpa Fatir adalah bagian dari candaan anak-anak kelas VI, sering kali terjadi ejekan namun tidak sampai kepada tindakan bullying.
Namun, kejadian yang menimpa F berbeda. Berawal dari ajakan jajan oleh lima orang temannya, F secara tiba-tiba dijatuhkan yang menyebabkan luka di tangan dan memar di dengkul. Hal ini diperparah dengan diagnosis dokter beberapa bulan kemudian yang menunjukkan adanya kanker tulang, diduga akibat dari trauma fisik tersebut.
Baca Juga: Viral Pelajar SMP di Sumbar Jadi Korban Bullying, Kepala Dipukul Hingga Nyaris Dibunuh
Penyangkalan dari pihak sekolah mengenai kasus bullying ini telah menimbulkan kekhawatiran dan perdebatan di kalangan masyarakat lokal. Berulang kali dikatakan oleh Sukaemah bahwa perilaku yang terjadi di lingkungan sekolah adalah normal, meskipun kejadian yang menimpa F jelas telah melebihi batas-batas ejekan ringan.
Perundungan di lingkungan pendidikan telah menjadi perhatian nasional dan kasus di Kabupaten Bekasi ini menambah daftar panjang kejadian serupa yang harus segera diatasi. Menyikapi hal ini, pemerintah setempat dan lembaga pendidikan di Bekasi harus mengambil langkah konkret dalam mengimplementasikan kebijakan anti-bullying yang efektif.
Diana Novita berharap bahwa apa yang terjadi pada anaknya dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih peka terhadap tanda-tanda perundungan dan mengambil tindakan preventif. Pembentukan karakter dan pengawasan di sekolah harus menjadi prioritas untuk memastikan keamanan dan kenyamanan siswa dalam proses belajar.
Kasus F di Bekasi ini tidak hanya menyentuh aspek hukum dan pendidikan, tetapi juga menyoroti pentingnya dukungan emosional bagi korban perundungan. Komunitas di Bekasi dan luasnya diharapkan dapat bekerja sama dalam membangun lingkungan yang aman bagi anak-anak, terutama di lembaga pendidikan.
Tragedi yang menimpa bocah SD ini harus menjadi momentum bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata melawan bullying, agar tidak ada lagi kasus serupa yang terjadi di masa yang akan datang.
Baca Juga: Siswi SMA Dibully di Langkat, Pelaku Diduga Keponakan DPRD