Ini Kronologi Mahasiswa Aceh Usir Paksa Pengungsi Rohingya
Pengusiran pengungsi Rohingya oleh mahasiswa di Aceh menimbulkan kehebohan. Baca selengkapnya di sini!
BaperaNews - Kontroversi kembali terjadi di Aceh setelah sekelompok mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di provinsi tersebut mengusir paksa pengungsi Rohingya dari tempat penampungan.
Kejadian ini menimbulkan ketegangan antara mahasiswa dan pengungsi, dengan sejumlah foto dan laporan media asing memperlihatkan tindakan kasar dan penolakan yang dilakukan oleh para demonstran.
Pada Rabu (27/12), ratusan mahasiswa dari Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama, dan Bina Bangsa Getsempena menggelar demonstrasi di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA). Terletak hanya 40 meter dari tempat pengungsi Rohingya, demonstrasi ini memuncak dalam aksi keras yang ditunjukkan.
Koordinator lapangan mahasiswa sedang bernegosiasi dengan petugas ketika massa mahasiswa di belakang tiba-tiba merangsek masuk ke basement tempat pengungsi berada.
Dalam kejadian pengungsi Rohingya diusir mahasiswa Aceh ini berlangsung selama kurang lebih 30 menit, mahasiswa melakukan tindakan kekerasan, termasuk melempar botol air mineral ke arah wanita dan anak-anak pengungsi.
"Sudah sepatutnya kami mendukung masyarakat yang menolak untuk menghindari konflik lebih luas antara masyarakat dengan Rohingya," ucap salah seorang mahasiswa yang tidak setuju dengan kehadiran pengungsi Rohingya.
Alasan penolakan ini disebutkan terkait dengan perilaku buruk yang dilakukan oleh pengungsi, yang disebutkan tidak lagi datang sebagai pengungsi melainkan mencari pekerjaan.
Pengungsi Rohingya, yang jumlahnya mencapai 135 orang, diantar keluar dari gedung oleh massa mahasiswa dan dibawa ke kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Aceh, sekitar 1 kilometer dari lokasi demonstrasi.
Baca Juga: Viral! Emak-emak Usir Pengungsi Rohingya di Aceh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya telah memberikan pernyataan terkait masalah pengungsi Rohingya, mengungkapkan dugaan kuat keterlibatan jaringan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di balik kedatangan pengungsi tersebut.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menindak tegas pelaku TPPO dan memberikan bantuan kemanusiaan sementara kepada pengungsi, dengan mengutamakan kepentingan masyarakat lokal.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan pentingnya penanganan masalah Rohingya secara integralistik. Meski menyatakan rasa solidaritas ingin membantu, Prabowo menekankan prioritas pada kepentingan rakyat Indonesia yang hidup sulit.
"Tidak fair kalau kita harus menerima semua pengungsi itu menjadi beban kita," ujarnya.
Dalam menanggapi kontroversi ini, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri telah menurunkan tim untuk mengusut dugaan jaringan TPPO dalam arus kedatangan pengungsi Rohingya.
Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, mengungkapkan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan mencurigai adanya praktik people smuggling.
Organisasi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) turut menyampaikan keprihatinan atas insiden mahasiswa Aceh usir Rohignya ini.
"insiden itu membuat para pengungsi syok dan trauma," jelas UNCHR. UNHCR juga menyoroti dampak dari misinformasi dan ujaran kebencian yang menyudutkan para pengungsi Rohingya.
Meskipun kejadian ini menimbulkan polemik di Aceh, aparat kepolisian dan Satpol PP tengah intensif melakukan patroli laut untuk mencegah kedatangan pengungsi Rohingya yang ramai-ramai.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, menyatakan bahwa aparat Indonesia akan menolak bila para pengungsi memaksa masuk ke perairan Indonesia.
Baca Juga: Pengungsi Rohingya Berulah Lagi! Rusak Rumah Susun di Sidoarjo