10 Sisi Gelap Manusia Silver, Ternyata Bisa Ganggu Sistem Pernapasan
Manusia silver menggunakan cat perak untuk bertahan hidup, tapi tahukah Anda risiko kesehatan dan sosial yang mengancam mereka?
BaperaNews - Fenomena manusia silver semakin sering terlihat di berbagai kota besar di Indonesia, terutama setelah banyak orang kehilangan pekerjaan selama pandemi.
Mereka melumuri tubuh dengan cat perak agar tampak seperti patung logam hidup, menarik perhatian di perempatan jalan atau pusat keramaian. Namun, di balik kilau tubuh mereka yang mencolok, terdapat sisi gelap yang jarang diketahui banyak orang.
Artikel ini mengulas sisi gelap manusia silver, termasuk risiko kesehatan yang mengancam, pandangan masyarakat yang beragam, hingga dampak buruknya terhadap lingkungan.
Melalui pembahasan ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih tentang risiko dan tantangan hidup yang dihadapi manusia silver serta urgensi mencari solusi bagi fenomena ini.
1. Risiko Kesehatan Akibat Cat Berbahaya
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Cat silver yang digunakan manusia silver mengandung bahan kimia berbahaya seperti vinyl chloride, plastisol, dan timbal. Zat-zat ini dapat merusak organ tubuh, meningkatkan risiko kanker, dan menimbulkan gangguan saraf yang serius. Paparan berulang pada tubuh dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang yang sulit diatasi.
Selain itu, tanpa perlindungan, kulit dapat menyerap senyawa berbahaya dalam cat, memperparah risiko keracunan tubuh. Sayangnya, banyak dari manusia silver yang tidak menyadari ancaman kesehatan ini.
2. Efek Merugikan pada Sistem Pernapasan
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Penggunaan cat yang tidak aman menyebabkan masalah pernapasan, terutama jika terhirup terus-menerus. Inhalasi uap cat mengiritasi saluran pernapasan, menyebabkan batuk, sesak napas, bahkan kerusakan paru-paru dalam jangka panjang.
Risiko kesehatan pernapasan ini semakin parah bagi mereka yang menjalani profesi ini dalam jangka waktu lama, dengan paparan harian di jalanan yang penuh polusi.
3. Kontaminasi Logam Berat di Dalam Tubuh
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Logam berat dalam cat seperti timbal dan merkuri dapat terakumulasi di tubuh manusia silver. Efeknya dapat merusak sistem saraf dan ginjal, serta berpotensi mengganggu sistem reproduksi.
Penumpukan logam berat dalam tubuh juga menambah beban kesehatan jangka panjang yang sulit disembuhkan tanpa intervensi medis yang tepat.
4. Bahaya Paparan Zat Karsinogenik
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Bahan seperti vinyl chloride dan plastisol yang digunakan dalam cat bersifat karsinogenik, berpotensi memicu kanker jika terpapar dalam jangka waktu lama. Manusia silver yang terus menggunakan bahan ini tanpa perlindungan menghadapi risiko lebih tinggi terkena penyakit serius di kemudian hari.
Kesadaran akan bahan karsinogenik yang mereka gunakan menjadi penting untuk mencegah risiko yang lebih besar di masa depan.
5. Pandangan Masyarakat yang Terbelah
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Pandangan masyarakat terhadap manusia silver bervariasi; ada yang menganggapnya sebagai kreativitas unik, sementara yang lain merasa terganggu. Akibatnya, manusia silver kerap dipandang sebagai "masalah sosial," yang membuat posisi mereka di masyarakat semakin sulit.
Hal ini menciptakan dilema antara kebutuhan ekonomi dan penerimaan sosial, membuat manusia silver sering kali terpinggirkan.
6. Penertiban oleh Pemerintah Daerah
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Di beberapa kota, manusia silver dianggap sebagai “penyakit sosial” yang harus ditertibkan. Satpol PP di kota-kota seperti Medan dan Palembang kerap menggelandang mereka, berbeda dengan DKI Jakarta yang lebih melihatnya sebagai bentuk seni jalanan.
Kebijakan yang berbeda di setiap daerah menimbulkan ketidakpastian bagi manusia silver, membuat mereka rentan terhadap penertiban tanpa solusi jangka panjang.
7. Dampak Lingkungan dari Penggunaan Cat Silver
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Saat cat ini dibersihkan atau terbuang ke saluran air, bahan kimia berbahaya dapat mencemari air tanah dan sungai. Pencemaran ini membahayakan ekosistem air dan manusia yang menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari.
Dampak lingkungan yang dihasilkan dari bahan-bahan kimia ini menjadi salah satu perhatian yang perlu ditangani secara lebih serius oleh berbagai pihak.
8. Eksploitasi Anak dalam Fenomena Manusia Silver
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Beberapa manusia silver membawa serta anak-anak untuk menarik simpati. Praktik ini menambah kompleksitas sosial serta berdampak pada kesejahteraan dan pendidikan anak-anak yang terlibat.
Eksploitasi anak dalam fenomena ini sering kali tidak terlihat, namun memberikan dampak negatif jangka panjang pada generasi muda.
9. Kurangnya Alternatif Ekonomi
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Keterbatasan pekerjaan, terutama bagi yang terdampak pandemi, membuat banyak orang tidak punya pilihan selain menjadi manusia silver. Fenomena ini mencerminkan masalah ketenagakerjaan dan kesenjangan ekonomi yang harus segera ditangani.
Fenomena manusia silver memperlihatkan kebutuhan mendesak akan solusi ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat yang terdampak.
10. Kesadaran Rendah akan Risiko Kesehatan dan Lingkungan
Gambar : BaperaNews/Achmad Rifai
Banyak manusia silver yang tidak menyadari bahaya bahan kimia dalam cat yang mereka gunakan, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Edukasi tentang risiko bahan kimia menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi risiko yang ada.
Penyuluhan dan informasi yang tepat dapat membantu manusia silver memahami risiko yang mereka hadapi sehari-hari.
Kesimpulan
Fenomena manusia silver bukan hanya hiburan jalanan yang unik, tetapi juga mengandung risiko kesehatan serius bagi pelakunya dan dampak buruk bagi lingkungan. Di tengah keterbatasan ekonomi, profesi ini menjadi simbol kreativitas sekaligus perjuangan hidup, namun risiko besar yang menyertainya tidak bisa diabaikan.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menemukan solusi melalui edukasi, pemberdayaan ekonomi, atau alternatif pekerjaan, agar manusia silver dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan aman.