Presiden Sri Lanka Mundur Usai Massa Bakar Rumah Dan Serbu Istana

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa akhrinya memilih mundur usai ribuan massa membakar rumahnya dan menyerbu istana pada, Sabtu (09/07).

Presiden Sri Lanka Mundur Usai Massa Bakar Rumah Dan Serbu Istana
Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa akhrinya memilih mundur usai ribuan massa membakar rumahnya dan menyerbu istana pada, Sabtu (09/07). Gambar : REUTERS/DOK. DINUKA LIYANAWATTE

BaperaNews - Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa akhirnya mundur dari jabatannya setelah ribuan massa membakar rumahnya dan serbu istana pada Sabtu (9/7). Saat kejadian, Presiden sedang tidak berada dirumahnya. 

Ratusan ribu massa turun ke jalan ibu kota Kolombo, menyerukan Rajapaksa untuk mundur setelah berbulan-bulan terjadi masalah ekonomi yang tak kunjung usai. Adapun Perdana Menteri Sri Lanka, Wickremesinghe sebelumnya telah mundur lebih dulu dari jabatannya.

Ketua Parlemen Sri Lanka menyebut Presiden memutuskan mundur untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai dan meminta para warga hormat pada hukum. Namun pengumuman tersebut memicu pesta kembang api di ibu kota hingga terjadi kekacauan.

Amerika Serikat sebelumnya menghimbau para pemimpin Sri Lanka untuk segera bertindak mengatasi krisis ekonomi di negaranya. “Saya sedih, mengapa mereka tak mundur dari awal”? ujar salah seorang pejabat AS.

Salah satu massa bernama Fiona Sirmana yang ikut demo di depan rumah Presiden menyebut “sudah saatnya menyingkirkan presiden dan perdana menteri untuk menyambut era baru Sri Lanka”. “Saya merasa sangat sedih karena mereka tidak pergi lebih awal, karena jika mereka mundur lebih awal tidak akan ada kehancuran” imbuhnya.

Baca Juga : Menlu Rusia Walk Out Dari G20 Bali Usai Tersinggung

Puluhan massa terluka dalam insiden pembakaran rumah Presiden Sri Lanka tersebut. Seorang juru bicara Rumah Sakit di Kolombo mengatakan sedikitnya ada tiga massa yang dirawat akibat menderita luka tembak.

Sri Lanka saat ini dalam keadaan inflasi dan bangkrut, mereka berupaya mengimpor makanan, obat, dan bahan bakar di tengah krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi dalam 70 tahun terakhir. Sri Lanka kehabisan mata uang asing dan bahkan melarang menjual bensin serta solar untuk kendaraan pribadi, yang membuat masyarakat tidak bisa beraktiftas dan harus antri berhari-hari untuk bisa mendapatkan bahan bakar.

Aksi protes sebelumnya sudah terjadi selama berbulan-bulan, kerumunan massa dalam jumlah besar sudah sering berkumpul di kediaman resmi Presiden Sri Lanka, Rajapaksa. Masyarakat bahkan membuat barikade dan masuk ke dalam rumah Presiden Sri Lanka.

Rekaman video yang beredar menunjukkan ribuan massa berkeliaran di dalam rumah Presiden, berenang di kolam renang Presiden, sementara ada yang mengosongkan laci-laci, menjarah barang-barang, dan menggunakan kamar mandi mewah milik Presiden Sri Lanka.

Gambaran kontras antara kemewahan rumah presiden dan rakyat yang sengsara membuat rakyat marah. “Ketika Anda melihat kemewahan di rumah ini, jelas bahwa mereka tak punya waktu bekerja untuk Negara” ujar Chanuka yang ikut demo dan membakar rumah Presiden Sri Lanka.