Fahd A Rafiq: Saya Sarankan Indonesia Bangun dan Gencarkan dengan Cepat Platform Digital Teknologi

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyarankan agar pemerintah Indonesia segara membangun dan menggencarkan dengan cepat platform digital teknologi.

Fahd A Rafiq: Saya Sarankan Indonesia Bangun dan Gencarkan dengan Cepat Platform Digital Teknologi
Fahd A Rafiq: Saya Sarankan Indonesia Bangun dan Gencarkan dengan Cepat Platform Digital Teknologi. Gambar: Unsplash.com/Dok. Potr Cichosz

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyarankan agar Indonesia segera bangun dan gencarkan dengan cepat platform digital teknologi, sebab jika Amerika dan Tiongkok berperang lebih dalam lagi, Nusantara jangan sampai tidak berkutik. Karena Indonesia bergantung pada teknologi kedua Negara tersebut.

“Di zaman sekarang, isi media di dunia menjadi alat perang. Donald Trump itu menggunakan Twitter sejak 4 tahun sebelum terpilih menjadi presiden dan hingga saat ini dia mau jadi presiden untuk kedua kalinya dan capres Amerika di 2024,” ucap Fahd A Rafiq di Jakarta, pada Selasa (14/2). 

Perlu diketahui, masalah yang selalu membuat peperangan tidak hanya tentang ekonomi dan politik, namun permainan propaganda udara menjadi New Battle Ground. 

“Jadi, medan pertempuran bukan lagi di laut China Selatan, Selat Malaka, Hongkong, dan Taiwan, tapi battlespace itu ya perang satelit, drone, telekomunikasi dan perang propaganda,” imbuh Fahd A Rafiq. 

Fahd A Rafiq menegaskan, “Saya dari dulu mengatakan otak manusia itu bekerja selama 24 jam dari sejak anda lahir sampai anda jatuh cinta, ketika otak anda berhenti kemudian jatuh cinta itu pakai hati, itulah ganasnya propaganda.”

Disisi lain, Fahd A Rafiq menilai dalam strategi perang dengan China untuk menyimpulkan Amerika vs China saat ini bukanlah perang dagang namun perang ideologi. 

Menurut pengamat intelijen ekonomi AV themes, hal tersebut yang membuat para analis salah baca terutama analis ekonomi, menurut mereka Amerika dan China merupakan perang dagang biasa, perang ekonomi hanya karena merasa Amerika kalah dengan import China yang besar masuk ke Amerika sehingga pasang tarif masuk tinggi agar barang di China itu mahal. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq Bicara Soal Film The Simpsons, Currency Warfare Hingga Pergeseran Cara Main

“Negeri paman sam untuk dari pajak tinggi masuknya barang China yang ditinggikan dan juga imbas produk hasil manufaktur di Amerika,  jadi bisa berjualan karena harga mereka kompetitif itu di dalam amerika kalau tidak di protect atau dilindungi pajak impor yang tinggi barang barang amerika jadi mahal mereka pilihannya adalah lebih baik pilih barang China begitu sebaliknya dibalas China dengan impor masuk barang Amerika ke China di naikan ternyata bukan itu,” pungkas Fahd A Rafiq. 

Fahd A Rafiq menyampaikan, “Ini perang bahkan lebih dalam lagi yaitu perang ideologi, kalau sudah perang ideologi by all mean (berapapun harganya pasti ditebus),  China dan Amerika akan habis habisan perangnya? Lalu bagaimana dengan Indonesia?”

Menurut Fahd A Rafiq, sebaiknya Indonesia membangun platform sendiri tentang teknologi karena begitu kedua negara ini berperang akan lebih dalam lagi dan Indonesia jangan tidak berkutik karena keduanya China dan Amerika. Indonesia bergantung pada teknologi kedua negara tersebut. 

“Jadi kita meniru apa yang dilakukan China 5 tahun terakhir yaitu membangun swasta dengan perlindungan ketat/ protect. Misalnya ren-ren itu dilindungi oleh pemerintah China, Facebook tidak boleh masuk China sampai ren-ren menguasai 80℅ pasar China. Didi chuxing online transportation setelah menguasai 80℅ pasar China uber baru boleh masuk,  ali baba menguasai 80% pasar China baru amazon boleh masuk. Baidu baru Google boleh masuk sebagai search engine,  yoku semua dari luar China dibatasi,” jelas Fahd A Rafiq. 

Indonesia kalau mau maju aplikasi anak negeri dilindungi terlebih dahulu, sekarang perang dagang AS dan Tiongkok sudah hampir mendidih. Indonesia ambil kesempatan anak bangsa buat fintechnya sendiri, buat Google, WhatsApp dan Facebook versi Indonesia. 

“Pastikan semua proyek itu di protect oleh negara Facebook, Google, Twitter diatur dan produk Indonesia diberi fasilitas penuh kemudahan. Yakinlah satu dua tahun kedepan anak bangsa bisa membuat dan melaksanakan proyek tersebut sehingga pada tahun 2025 sewaktu puncaknya perang 2 negara Indonesia sudah punya semuanya. Kita tidak bergantung ke China dan Amerika,” tegas Fahd  A Rafiq. 

“Saya yakin Amerika akan mematikan sosmed mereka, internet mereka, satelit mereka karena itu adalah strategi perang battle space namanya penaklukan ruang udara. Tapi kalau Indonesia punya semua, barang barang kita masih bisa dagang tetap bisa berbisnis karena sudah punya platform sendiri,” sambung Fahd A Rafiq.

“Yang jadi pertanyaan, kalau Amerika dan China matikan 4g dan 5g nya kita jadi bingung kan karena saat ini kita tergantung network asing, jangan sampai ini terjadi. Lantas apa solusinya? saran terbaik saya untuk menghindari hal diatas adalah kita harus membangun platform digital teknologi yang di protect oleh negara,” tutup Fahd A Rafiq. 

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat).