Fahd A Rafiq : Indonesia Pasti Bisa Jadi Pendingin Dan Penghangat Negara Yang Hadir Di KTT G20

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq yakin bahwa Indonesia bisa menjadi pendingin dan penghangat negara yang hadir di KTT G20 Bali.

Fahd A Rafiq : Indonesia Pasti Bisa Jadi Pendingin Dan Penghangat Negara Yang Hadir Di KTT G20
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq yakin bahwa Indonesia bisa menjadi pendingin dan penghangat negara yang hadir di KTT G20 Bali. Gambar : Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Terdapat 15 Negara Ex Soviet yang telah bergabung ke NATO, salah satunya ialah Ukraina yang saat ini negaranya sedang di invasi oleh Rusia. Rusia menyebut negara yang bergabung ke NATO adalah “Nation Threat Rusia”, hal tersebut yang menjadi akar konflik mendasar dua pendapat antara Rusia dengan Ukraina. 

Hal ini juga membuat Indonesia selaku tuan rumah acara KTT G20 berusaha untuk membujuk Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk hadir pada KTT G20 Bali pada 15-16 November 2022. Sebab, konflik dunia yang terjadi saat ini bukanlah Rusia vs Ukraina saja, melainkan Rusia Vs Ukraina + NATO, Indonesia kini sebagai juru damai antara dua negara tersebut. 

Fahd A Rafiq, selaku Ketua Umum DPP Bapera, yakin bahwa Indonesia dapat meredam konflik tersebut, sekaligus menjadi pendingin dan penghangat Rusia dan Ukraina yang saat ini sedang konflik. 

“Sebelum membahas tentang KTT G20 Bali yang akan digelar sebentar lagi, tepatnya pada 15-16 November 2022, ada hal yang membuat Amerika Serikat Joe Biden marah yaitu tentang Pemilu Midterm Election (Pemilu sela/Pemilu pertengahan masa jabatan presiden) yang melibatkan 35 juta masyarakat USA untuk menghasilkan partai Republik lebih unggul dibandingkan partai Demokrat yang telah digelar pada 8 November lalu,” ucap Fahd A Rafiq di Jakarta pada Jumat (11/11). 

Diketahui, Pemilu Sela AS merupakan pemungutan suara anggota kongres AS yang terdiri dari House of Representatives (HOR)/DPR/SENAT. Pemilu sela biasanya dilaksanakan setiap dua tahun dan masa berakhirnya di tengah masa jabatan penuh.

Dengan demikian, partai Republik kini telah menguasai 222 suara DPR nya Amerika Serikat, sedangkan partai Demokrat hanya mendapatkan 213 suara. 

Perlu diketahui, pada KTT G20 Bali, Joe Biden akan bertanya kepada Presiden China, Xi Jinping terkait garis merah untuk mengurangi resiko konflik setelah meningkatnya ketegangan di Taiwan. 

Selain itu, Joe Biden juga akan berusaha untuk mengetahui dengan jelas apa yang Xi Jinping yakini sebagai kepentingan China pada Taiwan, sekaligus tentang kepentingan kritis USA. 

Baca Juga : Fahd A Rafiq Berikan 8 Solusi Untuk Menghadapi Resesi Ekonomi Pada 2023

“Hal itu juga menentukan untuk dua kedepan apakah mereka akan bertentangan atau tidak. Jika nantinya akan ada konflik, Joe Biden berhadap untuk bekerja sama dan mencari cara untuk menyelesaikannya,” ujar Fahd A Rafiq. 

Sebelumnya, USA sempat menerbitkan strategi keamanan nasional (NSS) sebanyak 48 halaman. NSS tersebut kini diamanatkan Kongres. Doktrin Biden Ideologis Pragmatis menyebut bahwa China dan Rusia adalah musuh geopolitik dalam perspektif perjuangan antara “otokrasi dan demokrasi” dunia. 

Fahd A Rafiq mengatakan, “Pada pertemuan KTT G20 Bali nanti, Biden juga akan menanyakan kepada Xi Jinping, sekaligus berniat kerjasama kembali dengan negara berideologi apapun khususnya untuk mengatasi pandemi, iklim, invasi, dan ancaman global”. 

Diketahui, terdapat 17 kepala Negara yang telah dipastikan akan hadir di KTT G20 Bali, sedangkan Vladimir Putin dipastikan tidak hadir di KTT G20 Bali. KTT G20 ini merupakan suatu acara yang dapat menjadi peluang positif dan negatif sekaligus citra Nusantara untuk kedepannya. 

Segala persiapan untuk menyambut KTT G20 Bali sudah optimal, mulai dari persiapan TNI dan Polri. Begitu juga dengan rasa ketegangan yang sudah pasti ada akibat perang antara Rusia Ukraina yang bersinggungan dengan NATO. 

Fahd A Rafiq menambahkan, “KTT G20 bisa menjadi peluang untuk Indonesia yaitu memberikan solusi akan deadlocknya masalah dunia. Jadi, permasalahan dunia akan di bahas di Indonesia. Apakah Indonesia bisa kembali menjadi juru damai sukses seperti hal nya KAA yang sangat berdampak sistemik pada negara Asia Afrika atau tidak? itu kita tidak tahu, namun berharapnya Indonesia bisa menjadi juru damai”.

“Kita juga harus secepatnya memetakan apa masalah dunia dan apa yang harus Indonesia kerjakan pada pertemuan maha penting ini,” sambungnya. 

Fahd A Rafiq juga menjabarkan secara detail terkait kegiatan KTT G20 Bali ini yang membuat anggota G20 terpecah, salah satunya ialah Turki yang menjadi perpanjangan tangan Rusia namun juga menjadi anggota NATO. Ukraina saat ini sedang berkonfrontasi dengan Rusia dan NATO, bahkan empat wilayah Ukraina sudah menjadi milik Rusia. 

Berbeda dengan Tiongkok dan India, yang dari awal sudah mendukung Rusia. Salah satu keuntungan India mendukung Rusia adalah dapat beli BBM murah. 

“Dalam kondisi seperti ini, sekali lagi Indonesia harus mampu duduk berdampingan dengan para pemimpin negara yang sedang berkonflik yang seolah-olah tidak ada apa-apa,” terang Fahd A Rafiq. 

Perlu diketahui, sebagian anggota G20 adalah NATO. Terdapat tiga negara sekutu yang dekat dengan NATO yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Tiga negara sekutu tersebut pro dengan Amerika dan barat. 

Selain itu, ada juga negara yang melawan New World Order barat dan gabung ke BRICS, diantaranya adalah Brasil, Rusia, India, China, South Africa. Negara itu semua termasuk anggota G20. Begitupun dengan Saudi Arabia yang menyatakan akan bergabung dengan BRICS. 

“Semuanya itu sedang bersitegang dengan polisi dunia yakni Amerika. Jadi, kalau saya detailkan kubu di G20 adalah 10 negara NATO vs negara BRICS + Saudi Arabia. Sisanya Indonesia, Mexico dan Argentina yang ada di tengah-tengah,” tutup Fahd A Rafiq.

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Indonesia Masuk Daftar 15 Negara Terdampak Resesi, Kita Harus Strategikan

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)