Fahd A Rafiq Ceritakan Negara Besar Yang Bermain Cantik Dalam Politik Global
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menceritakan sebuah negara besar yang berhasil bermain cantik dalam politik global baik dalam maupun luar negeri.
“Mulailah mengenal lawan kita, mulailah membaca langkah mereka dan niat mereka. Buatlah rencana besar untuk Indonesia, melakukan Diplomasi Logam seperti Gajah Mada, melakukan Diplomasi Kebudayaan seperti Para Walisongo dan yang pasti kita harus bermain cantik” - Fahd A Rafiq (Ketua Umum DPP Bapera).
BaperaNews - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq akan menceritakan bagaimana Negara Indonesia ini menjadi seperti Venesia, Singapura hingga Tiongkok yang bermain cantik dalam politik global baik di dalam negeri maupun diluar negeri.
Fahd A Rafiq menceritakan bahwa, “Kita harus belajar dari sejarah, bagaimana negara bisa menjadi besar dan survive selama ratusan tahun. Akan tetapi, disisi lain ada juga negara yang bubar hanya dalam satu generasi. Semua itu berhasil bukan karena mengurusi kebutuhan dalam negeri (urusan domestik), namun itu berhasil karena menangani perampokan dari luar wilayahnya, baik yang terang-terangan ataupun dengan menipu secara halus”.
Ketua Umum DPP Bapera ini juga menambahkan, “Kita harus pandai memanfaatkan kekuatan luar serta mahir diplomasi, termasuk diplomasi dagang untuk memenuhi kebutuhan domestik yang tidak kita produksi baik bahan baku maupun produk jadi. Kita harus main cantik di dalam dan diluar negeri. Membangun SDM yang solid dengan jiwa nasionalisme yang tinggi adalah kunci negara berdaulat dalam jangka panjang dan pendek”.
Menurutnya, sangat percuma apabila masyarakat teriak Indonesia “harus berdaulat”, tetapi main nya tidak cantik. Karena, nantinya sudah dibaca duluan oleh negara lain yang anti negara jajahannya berdaulat.
Fahd A Rafiq juga menceritakan, "Kita lihat di negara kecil Eropa bernama Venesia. Di abad pertengahan Venesia bermain cantik yakni miring ke Yunani dalam strategi luar negerinya, kemudian Venesia bermain indah ke dalam negeri dengan Coleganza yaitu Equity Crowdfunding”.
“Lalu, saat ini kita lihat Singapura bermain cantik dengan lakukan strategi miring ke Barat. Hal itu menjadikan Singapura menjadi negara yang kuat dalam Maritim Hub serta Financial Hub menjadikan Singapura sebagai negara yang pendapatan perkapitanya salah satu tertinggi di dunia dengan 50.000 an dollar per capita atau hampir 12 kalinya Indonesia. Sekali lagi, Singapura ini juniornya Indonesia lho. NKRI lahir 1945, sedangkan Singapura 1965 baru lahir, selisih dua puluh tahun lho Indonesia dengan Singapura. Kita harus semangat jangan disalip terus,” cetus Fahd A Rafiq.
Lantas bagaimana dengan Tiongkok? Pada 1970-an negara Tiongkok pernah mengalami kelaparan yang begitu dahsyat dan membuat penduduk tewas lebih dari 5 juta manusia karena kelaparan, Tiongkok saat itu sangat miskin hingga 1980-an. Sedangkan Indonesia saat 1980-an sedang berjaya.
Berdasarkan cerita dari Fahd A Rafiq, Deng Xiaoping (Presiden China saat itu) bermain cantik juga ke luar negerinya. Dimana, pada 1979, Deng Xiaoping bermain miring ke Amerika, padahal saat itu Soviet (tetangganya Tiongkok) merupakan sebuah kekuatan terkuat di dunia dan sama-sama paham komunis. Lalu, analisa Deng Xiaoping menyatakan benar bahwa sejarah akan berpihak padanya, Deng Xiaoping saat itu bercerita dengan nada yang semangat.
Baca Juga : Fahd A Rafiq : Melihat State Sponsor Acak-Acak Negara Lain
Ternyata benar, analisa dari Deng Xiaoping bahwa 1991 Soviet bubar. Pada 1980-an saat itu kekuatan komunis sedang kuat-kuatnya di dunia. Amerika saat itu memiliki alat bernama Propaganda.
Saat itu, demokrasi sedang di serang dimana-mana. Oleh karena itu, apapun resikonya Amerika mendekati Tiongkok untuk menahan Soviet dan Korea Utara. Namun, setelah gagal, di 1975 Amerika akhirnya menjadikan Vietnam sebagai negara komunis.
Kemudian, Tiongkok diguyur dana besar dan banyak perusahaan barat yang masuk ke Tiongkok. Namun, dengan syarat Tiongkok harus berpihak ke sekutu.
Pada 1970-an, Tiongkok yang penghasilan per kapitanya di bawah Indonesia saat itu melakukan strategi luar negeri dengan cantik dan alhasil berbuah manis. Pada saat ini penghasilan Tiongkok per kapitanya 5 kali Indonesia.
10 tahun kemudian hingga 1989, ekonomi di Tiongkok menggeliat naik, banyak reformasi yang dilakukan di dalam negeri. Perusahaan sekutu barat serta perusahaan kaum globalisasi banyak yang memindahkan pusat produksi ke Tiongkok karena SDM yang murah ditambah kuat kerja.
Namun, ada resiko juga yang dihadapi oleh Deng Xiaoping di Juni 1989. Mahasiswa demo besar-besaran di tiananmen untuk menuntut demokrasi diterapkan di Tiongkok. Efek pemahaman barat pun mulai masuk ke sendi bernegara Tiongkok karena mahasiswa ingin bebas demokrasi.
Akibat demo mahasiswa tersebut, Deng Xiaoping dilema, ia bingung harus memihak barat sesuai dengan perjanjian Ronald Reagan sekutu barat atau harus balik kanan mementingkan dasar negara sosialis komunis.
Setelah adanya Secret Meeting, keputusan akhirnya adalah tetap sosialis komunis dan anti demokrasi barat. Usai keputusan tersebut, tragedi berdarah pun terjadi, mahasiswa di Tiananmen Square dihajar oleh sekutu.
Pembantaian saat itu menewaskan 10.000 manusia. Efeknya dunia mengecam Tiongkok!! lebih dari 50% perusahaan Amerika dan Barat menarik diri dari Tiongkok. Namun, keputusan Tiongkok sudah bulat, tidak akan bermain dengan globalisasi dan tidak akan bermain dengan Barat. Tiongkok ingin membangun untuk semua fokus ke dalam negeri terlebih dahulu.
Singkat cerita, Tiongkok menggunakan MMT nya Michael Hudson, memainkan Double Currency System (Dua sistem mata uang) di dalam cetak uang berbasis proyek, hingga keluar negeri menggunakan Yuan berbasis Dollar. Tiongkok membangun gila-gilaan di dalam negeri setelah memiliki keterampilan yang diberikan Barat selama 10 tahun dalam membangun Printing Money.
Semua tentunya dilakukan dengan studi mendalam, bukan secara asal, untuk membangun jaringan sambungan antar kota produksi, pemasok bahan baku, hingga membangun industri kendaraan niaganya.
Lalu Isinya apa? Kemana arahnya? semua dirancang dengan teliti oleh Tiongkok, efeknya biaya produksi turun dan produksi jadi cepat terdistribusi. Alhasil 12 lapis keuntungan pembangunan di dapatkan oleh Tiongkok.
Dari kesimpulan diatas kita belajar dari 3 negara besar tersebut yang bermain cantik diluar dan di dalam negeri, sebenarnya dua Presiden Indonesia baik Pak karno maupun Pak harto arahnya jelas ingin menjadikan Indonesia negara besar dan maju, hanya saja Ir. Soekarno saat itu sangat menggebu gebu dan miring ke Soviet serta disorot fokus media asing.
Saat itu, barat melihat Soekarno sangat berbahaya, maka 1965 pak Karno tumbang dengan supersemar dan perlu kalian ketahui bahwa Presiden Soekarno pernah mengalami percobaan pembunuhan sebanyak 21 kali tapi semuanya gagal.
“Presiden Soeharto yang condong miring ke Amerika saat itu juga berbahaya di mata asing, selalu meneriakkan kedaulatan di segala arah baik pangan, energi, ekonomi, budaya, dll. Kata berdaulat untuk negara asing itu sumbang akan tetapi merdu di dalam negeri. Soeharto berbahaya bagi Asing, repot kalo Indonesia mandiri, bisa besar nanti, karena Indonesia punya semua Instrumen dan perangkat untuk menjadi negara Super Power. Maka 1998 Pak Harto diturunkan mahasiswa lewat campur tangan FBI dan serangan Ekonomi Hitman. Inti dari 5 kisah di atas adalah Indonesia kedepan harus bermain cantik dan belajar dari sejarah luar dan dalam negeri,” tutup Fahd A Rafiq.
Baca Juga : Ormas Bapera Ingin Kaum Milenial Jadi Pendekar NKRI
Penulis: ASW