Fahd A Rafiq Bicara Soal Turki, Pemilu 2024 Hingga Kehormatan Negara

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq membicarakan tentang Turki, Pemilu 2023 hingga kerhomatan Negara

Fahd A Rafiq Bicara Soal Turki, Pemilu 2024 Hingga Kehormatan Negara
Fahd A Rafiq Bicara Soal Turki, Pemilu 2024 Hingga Kehormatan Negara . Gambar : REUTERS/Osman Orsal

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Mata Dunia dalam beberapa minggu ini berfokus ke Turki karena adanya gempa bumi dahsyat yang telah menewaskan 17.000 orang dan 350 gedung, gempa masih terus bertambah karena melihat banyaknya korban yang masih tertimbun reruntuhan bangunan.

Turki menjadi sorotan dunia dan begitu juga tokoh sentral negara tersebut yaitu Recep Tayyip Erdogan.

Fahd El Fouz A Rafiq mengatakan, “Ada hal yang membuat telinga barat panas karena Erdogan dengan tegas secara berulang menyatakan akan membuat Turki ke zaman kejayaan ottoman seperti abad 17 yang menguasai seperempat Eropa, Asia Barat hingga Afrika utara. Ia adalah pemimpin kelas dunia yang bermain sangat agresif berperan di Kawasan”, katanya. 

Fahd A Rafiq menambahkan pada abad ke -14 saja Indonesia dihormati dengan Nusantaranya yaitu Majapahit yang kemudian melemah karena masuknya negara Kolonial seperti  Belanda, Portugis, Jepang dan Inggris. 

Jika semangat Nusantara sebagai visi negara, maka Malaysia, Singapura, Brunei, Selatan Filipina, Timor Leste adalah wilayah Indonesia sama seperti semangat Recep Tayyip Erdogan yang akan mengembalikan kejayaan ottoman, dimana Suriah dan Yunani adalah wilayah asli mereka. Dan menurut tafsirannya inilah Indonesia Raya yang dimaksud Soekarno, bukan hanya sebatas lagu kebangsaan tapi esensi dari 2 kata tersebut.  

Disisi lain Fahd A Rafiq ini menuturkan, “Ketika Great Rusia dibawah Kaisar Tsar kekuasaanya sampai Polandia dan saat itu wilayah Ukraina jadi kekuasaanya sampai era Uni Soviet sebelum akhirnya bubar tahun 1991. Untuk mengingatkan dan menginspirasi kaum muda khususnya untuk generasi Milenial dan Zilenial bahwa kekuasaan teritorial Nusantara lebih luas dari Indonesia mengingat negeri kita adalah bangsa besar yang dihormati dan saat ini nampaknya rasa hormat itu tidak terjadi lagi pada negeri kita”, paparnya.  

Fahd A Rafiq mengungkapkan, “13 November 2022 kemarin Bom besar menewaskan 8 orang dan melukai 80 warga di Istanbul kota Turki. Peristiwa tersebut merupakan pancingan termurka untuk seorang Erdogan, kelompok separatis Kurdi yang berada di wilayah Tenggara Turki dan Utara Suriah. Dituduh menjadi dalang penyebab bom tersebut”.

Baca Juga : Fahd A Rafiq: Tidak Ada Kata Terlambat Membangun Perdamaian Dunia

Kelompok PKK (Partai Pekerja Turki) dan SDF (Syria Democratic Force) pasukan Demokratik Suriah, milisi yang di dukung AS saat ini mengendalikan Timur laut Suriah. Sebagian besar sdf adalah orang orang Kurdi yang dianggap Turki sebagai cabang dari partai pekerja Kurdistan yang dilarang di Turki. Bangsa Kurdistan Nasibnya seperti bangsa Yahudi yang selalu di gencet oleh negara tempat mereka tinggal, tokoh yang terkenal dari suku Kurdi adalah Salahudin Al Ayyubi, Ibnu Katsir dan Said Nursi, ulasnya.  

Seminggu kemudian pasukan Recep Tayyip Erdogan menyerang perbatasan selatan Turki dengan pesawat pembom di kota kota sepanjang perbatasan di wilayah Suriah seperti kota Tal Rivat, Ayn Ara, Cizre, Hakurk, Qandil wilayah populasi Kurdi di Hujan Bom dan roket oleh Turki.

Kemudian di Tanggal 21 November 2022 pasukan darat Turki masuk 30 KM jauhnya ke dalam wilayah Suriah, menginvasi wilayah utara Suriah yang di dalam Agresi militer hal ini disebut sebagai Deep Safe Zone, pengamanan wilayah hingga ke dalam wilayah musuh. 

Fahd A Rafiq menambahkan lagi, “Walaupun mata dunia saat ini sedang fokus ke Ukraina di belahan dunia lain, Turki menganeksasi Suriah bagian utara tanpa perlawanan berarti. Dan yang ini kita harus fahami sekali lagi, mengapa Turki melakukan langkah agresi militer tersebut. Pastinya menunjuk Turki memang pemain dunia, buktinya lagi swedia dan Finlandia adalah contoh dua negara yang dimainkan oleh Turki, Kemudian Rusia yang hanya mau menggunakan Turki sebagai titik temu antara NATO vs Rusia” ucapnya.

Selanjutnya ialah menunjukkan bahwa kesatuan Nasional Turki adalah harga mati. Separatis Kurdi itu ibarat separatis Papua merdeka, demi menjaga Deep Safe Zone, kalau perlu ambil seperempat wilayah Papua New Guinea, maka dari itu kita harus memahami Turki dan Kurdi.

Sebagai informasi, Kurdi adalah sebuah suku yang tidak punya wilayah. Mereka memiliki Bahasa sendiri, adat istiadat sendiri yang berbeda dengan Persia, arab dan Eropa pastinya. Populasinya saat ini kurang lebih sekitar 30 jutaan dan berada di 4 negara, wilayah Turki yang terbesar sekitar 15 juta penduduk di sisi tenggara dan Turki, Timur Suriah, Sebelah Barat Iran dan Utara Iraq. 

Suku Kurdi ini diperangi 4 negara tersebut ketika ingin merdeka, 15 juta populasi Kurdi menempati seperlima wilayah Turki, sisanya yang 15 jutaan beredar di 3 wilayah negara Suriah, Irak dan Iran. 

Semua ini membuat suku Kurdi adalah salah satu suku terbesar di dunia yang tidak punya negara. Mereka ratusan tahun ingin membentuk negara Kurdistan. Namun Kurdi diperangi secara brutal oleh Iran dan Irak. Misalnya melarang Bahasa Kurdi di gunakan. Suku Kurdi tetap bertahan dengan siksaan berat hingga saat ini. 

Saat ini kekuatan Kurdi ada berada sebelah timur Suriah dan mendapat pasokan senjata dari Amerika. Dimana kekuatan militer menguat, diperkIrakan mereka akan meluaskan wilayahnya ke Turki, Irak dan Iran. 

Jika hal tersebut terjadi maka Turki akan kehilangan penduduk , wilayah seperlimanya akan hilang, pajak, kehilangan SDA persis seperti lepasnya timor timor dari Indonesia yang nilainya mungkin 1000 triliun. Great Ottoman baru tidak ingin hal ini terjadi, dan Erdogan bayar mahal semua itu demi keutuhan Negara Kesatuan Turki. 

Untuk itu kasta kurd, Kurdistan dan Bahasa Kurdi dilarang dipakai di publik Turki dan hanya dipakai sebagai pelajaran kebudayaan. Tindakan represif tersebut bukan hal baru, Turki sudah lebih dari 1000 tahun memberlakukan hal tersebut. 

“Yang jadi pertanyaan kita apakah Indonesia masih ada peluang menjadi Nusantara atau bisakah Indonesia dalam 50 tahun ke depan kembali masuk menjadi 10 super power yang berpengaruh di dunia. Indonesia tahun 1990 dinyatakan sebagai negara terkuat di selatan khatulistiwa, kita harus rebut kembali kehormatan itu,” tutup Fahd A Rafiq.

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)