Dunia Terancam Bencana Pangan Dan Kelaparan, Jutaan Nyawa Ikut Terancam
Barron Segar mengatakan "Kita sedang dalam masa krisis" pada acara Program Pangan Dunia (WFP) AS ketika ditanya tentang kelaparan dunia.
BaperaNews - “Kita sedang dalam masa krisis” begitulah kalimat pembuka yang disampaikan Barron Segar dari WFP (Program Pangan Dunia) Amerika Serikat ketika ditanya tentang kelaparan dunia.
Barron Segar mengungkap, jika tidak segera bertindak, dunia akan jatuh dalam bencana kelaparan. “Dan kita akan melihat jutaan nyawa melayang” imbuhnya.
Menurutnya, saat ini banyak Negara sedang berjuang untuk mengatasi kelangkaan pangan dan kelaparan akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina yang memperparah hal tersebut.
Pada tahun 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan ada 345 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelangkaan pangan akut dimana angka tersebut hampir sama dengan total populasi AS.
Menurut Kepala Program Women for Women International Marie Clarke, angka tersebut naik 25% dari Januari 2022, sebelum perang Rusia dan Ukraina dimulai.
“Krisis harga pangan dan krisis pangan besar terjadi pada tahun 2008 dan 2020, saat itu target nol kelaparan ditetapkan pada tahun 2030, kita banyak kemajuan. Apa yang kita lihat saat ini ialah pergeseran massif ke arah lain” tuturnya.
Baca Juga : Dapat Bocoran Dari IMF, Jokowi: Tahun Ini Dunia Sangat Sulit, Tahun Depan Akan Gelap
Barron Segar kemudian menambahkan sebagian wilayah dunia saat ini berada di jurang bencana pangan dan kelaparan akibat empat masalah krisis yakni konflik, iklim, harga, dan Covid-19. Tidak hanya perang Rusia Ukraina yang menyebabkan krisis kelaparan, namun juga di Afghanistan yang perang dengan Taliban.
Berikut Alasan Kenapa Ada Bencana Pangan dan Kelaparan di Ambang Dunia :
1. Afghanistan saat ini bergantung pada bantuan organisasi kemanusiaan
Lebih dari 36 juta warga Afghanistan kekurangan pangan yang merupakan 90% dari jumlah populasi di Negara tersebut.
2. Dampak perang Rusia dan Ukraina
Perang dari Rusia dan Ukraina membuat harga gandum melonjak yang dimana kini diketahui bahwa negara Ukraina ialah pemasok gandum terbesar di dunia. Harga tepung di Sudan Selatan yang berjarak 3.000 mil dari lokasi perang naik tiga kali lipat.
3. Meroketnya harga tepung
Harga tepung yang mahal mempengaruhi pada sektor harga mie, roti, dan segala makanan turunannya. Membuat orang-orang di Negara krisis terpaksa makan hanya sekali sehari.
4. Bahan bakar minyak
Bahan bakar minyak naik empat kali lipat, membuat banyak keluarga di dunia tak lagi bisa membiayai sekolah anak-anak mereka.
5. Masalah iklim
Negara-negara mengalami kekeringan seperti di Afrika dan Somalia, hujan tidak turun di wilayah tersebut selama empat musim berturut-turut. “80% wilayah Negara ini dalam kekeringan ekstrim dan parah” jelas Perwakilan UNICEF Wafaa Saed.
“Orang-orang tak punya apapun untuk dimakan, ternak mereka mati, mereka kehilangan pekerjaan, tidak bisa menanam makanan dan tidak bisa memberi makanan” sesalnya.