Ciri – Ciri Penceramah Radikal Versi BNPT, Anti Pemerintah Pro Khilafah

BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) memberikan sejumlah ciri penceramah yang radikal yang anti pemerintah sebagai langkah menghindari keberadaan penceramah radikal di rapat pimpinan TNI dan Polri. Simak berita lengkapnya!

Ciri – Ciri Penceramah Radikal Versi BNPT, Anti Pemerintah Pro Khilafah
BNPT Beberkan Ciri-Ciri Penceramah Radikal. Gambar: liputan6.com

BaperaNews - BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) menginformasikan sejumlah ciri penceramah yang radikal, langkah ini dilakukan setelah Presiden Jokowi menyindir adanya keberadaan penceramah radikal di rapat pimpinan TNI dan Polri.

Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid menyebut salah satu cirinya ialah anti pemerintah, dimana penceramah tersebut selalu mengumbar kebencian kepada pemerintah. “Dengan sikap benci dan selalu membangun rasa tidak percaya masyarakat kepada pemerintah maupun negara dengan jalan fitnah, adu domba, sebaran hoak, dan mengujar kebencian” ujarnya Direktur Pencegahan BNPT hari Sabtu (5/3/22).

Pendakwah radikal juga disebut selalu menyebar paham khilafaf, yang menanamkan anti Pancasila, mereka mengajarkan paham takfiri atau mengkafirkan orang lain yang berbeda agama atau keyakinannya, dan penceramah tersebut juga bersikap eksklusif kepada lingkungannya.

Penceramah radikal, lanjut Ahmad juga seorang yang intoleran pada perbedaan, bahkan mereka itu anti pada kearifan lokal keagamaan dan budaya, salah satu strateginya ingin menyesatkan bangsa Indonesia, kemudian menghancurkan budaya lokal dan juga mengadu adu domba anak bangsa dengan memakai isu intoleransi dan SARA.

Baca juga: Kementerian PUPR Akan Bangun Rumah Khusus Dengan Teknologi 3D!

“Inilah yang sejak awal perlu kita waspadai, sejak awal harus memutus ceramah seperti ini, salah satunya jangan asal undang penceramah, pilih yang memberi ruang edukasi keagamaan masyarakat, juga jangan menilai dari penampilannya atau cara busananya, lihatlah dari cara pandangnya” lanjutnya.

Sebelumnya Presiden Jokowi meminta istri TNI dan Polri jangan sembarangan mengundang penceramah, harus koordinasi dulu untuk pencegahan paham radikal, “Sekali lagi di antara tentara dan polisi, tidak bisa seperti itu, kita dikoordinir oleh kesatuan, makro dan mikronya tentu harus kita jaga, tahu-tahu undang penceramah yang radikal, hati-hati” ujarnya ketika Rapim TNI dan Polri pada hari Selasa 1 Maret 2022.

Memang penceramah dari agama apapun itu perlu pula untuk memahami dan toleransi pada keberagaman keyakinan, budaya, agama yang ada di Indonesia, yakni tidak perlu untuk memandang buruk satu sama lain atau menganggap diri paling benar, polisi TNI menegaskan semua perbedaan budaya dan agama adalah menandakan keberagaman yang perlu untuk saling dihargai, di samping itu kita semua tetap sebagai saudara satu bangsa yang perlu untuk bersatu dan saling membantu.

Baca juga: PPLN Masuk Bali Bebas Karantina Mulai Senin 7 Maret